Rabu, 30 April 2014

IMAN ITU BUKAN PERCAYA


Sejarah Islam di dunia & berbagai aliran bermunculan Paska wafat nya Sahabat Ali bin abi thalib. Tulisan ini bisa dijadikan bahan studi banding atas berbagai kejadian di-dunia islam sekarang (khususnya di RI). Kita mulai dari “IMAN secara umum” sebagai pintu masuk sebenarnya ada apa dengan Istilah Iman berkaitan dengan Sejarah Islam (Quran)?

Begitu mendengar istilah “IMAN” maka massal manusia dalam kehidupan abad ke-21 menganggap “IMAN ialah percaya”. Untuk membuktikan konstatering tersebut diatas maka pertama-tama kita petik tanggapan Yahudi dan Nasrani yang menganggap “ Iman itulah percaya…..”
-1). Selanjutnya untuk lingkungan Islamisme, khususnya di Indonesia, kita petik tanggapan Doctor Hamka yang juga menganggap “Iman……berarti percaya, dan Islam yang berarti menyerah dengan segala senang hati dan rela, timbulnya ialah setelah akal itu sendiri sampai pada ujung perjalanan yang masih dapat dijalaninya. Oleh sebab itu maka bertambah tinggi perjalanan akal, bertambah banyak alat pengetahuan yang dipakai, pada akhirnya bertambah tinggi pulalah martabat Iman dan Islam seseorang”
-2). “Maka kalimat Iman dan Islam, percaya dan menyerah, adalah dua kalimat yang tidak bercerai selama-lamanya”
-3). “Perpaduan yang tidak terpisah diantara kepercayaan dan penyerahan, diantara “Aqidah dan Ibadah”, diantara pengakuan hati dan perbuatan, itulah agama yang sewajarnya. Maka agama itulah yang dinamai Agama Islam”
-4). Seterusnya kita petik lagi tanggapan M.Hasbi Ash Shiddiqi yang juga menganggap “Iman ialah: Engkau ber-iman (membenarkan
dengan lidah dan hati) akan Allah, akan Malaikat, akan berjumpa dengan Allah, akan Rasul-rasul-Nya dan akan bangkit”
-5). “Iman itu mempercayai (mengetahui) akan ke-Tuhanan-Nya Allah dan tempatnya (Iman) didalam dada, yakni hati itu. Ma’rifat itu mengetahui Allah akan segala sifat-sifatnya. Tempatnya (ma’rifat) didalam lubuk hati, yakni didalam Fuad. Tauhid itu, mengetahui Allah (Meyakini Allah) dengan ke-Esaan-Nya. Tempatnya didalam lubuk fuad; dan itulah yang dinamai ‘SIRR’ (rahasia)”
-6). Selanjutnya M.Hasbi As Shiddiqi membikin perincian “Tauhid.......

Demikianlah telah kita petik kenyataan tanggapan di Indonesia dalam abad ke-21 ini yang menganggap “Iman ………. Berarti Percaya”, disamping mempunyai Paralelisasi dengan pendirian Yahudi dan Nasrani yang juga menganggap “Iman itulah Percaya….”, maka yang demikian itu adalah pengaruh langsung dari tanggapan Arab tentang istilah “Iman” yang terkandung didalam Al Quran menurut Sunnah Rasul, sebagai pembuktian maka dibawah ini kita petik tanggapan Syekh Muhammad Abduh, yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia-11), demikian “……..bahwa Iman ialah, keyakinan dalam kepercayaan kepada Allah, kepada Rasul-Nya dan kepada hari yang akhir, tanpa terikat oleh suatu apapun, kecuali harus menghormati apa-apa yang telah disampaikan dengan perantaraan lisan para Rasul Tuhan-12)”. 

“Tauhid adalah satu Ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah”, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali Wajib dilenyapkan dari pada-Nya; juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan ke-Rasulan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka, apa yang boleh dihubungkan (nisbah) kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka”-13). Maka yang demikian menjadi jelas bahwa ilmu Tauhid membikin wujud Allah menjadi sasaran atau objek Study-nya!. “Ilmu Tauhid itu dinamakan orang ‘Ilmu Kalam’, ialah karena dalam memberikan dalil tentang pokok (usul) agama, ia lebih menyerupai logika (mantiq) sebagaimana yang biasa dilalui oleh para ahli pikir dalam menjalankan seluk-beluk hujjah tentang pendiriannya”-14). “…… dinamakan juga ia Ilmu Kalam ialah karena adakalanya masalah yang paling masyhur dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat diantara Ulama-ulama kurun pertama yaitu : Apakah ‘Kalam Allah’ (Wahyu) yang dibacakan itu ‘baharu’-15) atau ‘Kadim’-16). Dan adakalanya pula, karena Ilmu Tauhid itu dibina oleh dalil akal (ratio) –17), dimana bekasnya nyata kelihatan dari perkataan setiap para ahli yang turut berbicara tentang ilmu itu”-18).
“Awal ………………

1). Arti Kata.

اَلاِيْمَانُ عَقْدٌ بِا لْقَلْبِ وَ اِقْرَارٌ بِا لِّسَانِ وَعَمَلٌ بِا لاَرْكَانِ
Artinya : “Iman ialah tambatan hati yang menggema ke dalam seluruh ucapan dan menjelma ke dalam segenap laku perbuatan”. (H.R Ibnu Majah )


اَلاِيْمَانُ تَصْدِيْقُ بِالْجِنَانِ وَاِقْرَارٌبِالِِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالاَرْكَانِ (رَوَاهُ البُخَارِى)
Artinya : “Membenarkan dalam hati yang menggema menjadi ucapan dan menjelma menjadi laku perbuatan”. (H.R Bukhari)

Lagipula, Perkataan “Iman” adalah mashdar dari kata kerja ٰامَنَ = kata kerja telah, يُؤْمِنُ = kata kerja lagi/akan, مُؤْمِنٌ = kata pelaku. Dan untuk sementara kita artikan “Iman” saja. Dengan demikian maka “aamana” = telah ber-Iman, “yukminu” = lagi/akan ber-Iman, “Mukminun” = yang ber-Iman.

Hadits Ibnu Majah dan Bukhari di atas sudah memberikan kita bukti konkrit – sekonkritnya, bahwa ruang lingkup Iman itu mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi 1). Seluruh isi hati, 2). Seluruh ucapan dan 3). Segenap laku perbuatan.

2). Ruang Lingkup Iman.

Hadits Ibnu Majah, riwayat Thabarani dan Bukhari-Muslim diatas sudah membuktikan bahwa ruang lingkup “Iman” mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan. Ketiga-tiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti Kebudayaan dan peradaban-47). Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan penilaian dan pandangan, misalnya Matahari berputar tetap pada sumbunya ………..-48) dsb., kita simpulkan menjadi Pandangan Hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku-perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup. Dengan demikian maka Hadits tersebut diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi “Iman ialah pandangan dan sikap hidup”-49).

Ketiga aspek tadi yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban menurut aturan-NYA.

Agar membahasnya lebih ringkas dan tajam, masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – surat Yasin ayat 38, dsb. kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup. Dengan demikian maka hadits di atas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. 



Analogi tata cara membuat KUE
 
Hampir disepanjang hidup kita, membicarakan tentang teori resep cara membuat kue, dengan kawan” kita dan keluarga kita. Di dapur kita mempersiapkan segala peralatan dan bahan” yang diperlukan untuk membuat kue tersebut. Sampai disini uraian ini adalah baru sampai kepada batasan TEORI.

Kemudian kita sampai kepada tahapan bersibuk diri membuat dan mencampur adonan dengan bahan” yang ada kemudian kita masukan ke dalam oven, dan kemudian dengan segala susah payah kita, jadilah sebuah kue yang siap di santap oleh keluarga kita. Inilah PRAKTEK, hasil konkrit dari TEORI.

Hampir disepanjang hidup kita, membicarakan tentang teori agama, membahas dan membicarakan teknis” membentuk sebuah tatanan kehidupan jannah dgn kawan” dan keluarga kita. Melalui shalat Tahajud dan 5 waktu kita mempersiapkan diri melakukan pembinaan” konsep membentuk sebuah tatanan jannah sehingga dengan harapan bisa bertautan dan berkonsultasi dialogis qalbu dengan dimensi malaikat. Sampai disini kebanggaan pemahaman kita akan ilmu” ini baru sampai kepada batasan yang disebut TEORI.

Sudah kah kita melakukan PRAKTEK yg notabene adalah hasil konkrit dari pemahaman TEORI?

Satu pertanyaan yang menggelitik..apa jadi nya apabila kita ber TEORI pun salah mengambil tertib TEORI tersebut? Apalagi TEORI yang campur aduk tidak jelas dan tidak memenuhi empat (4) kaidah ilmiah:
1. Metodologi/sudut pandang dari siapa untuk apa/siapa (QS 10 : 5).
2. Sistimatika (QS an Nur 24: 1, QS Al Ankabut 29 : 49).
3. Analitika (QS Az Zumar 39: 69, 70).
4. Objektifika (QS Ali Imran 3: 60).

__________________

46).Berbeda dengan riwayat Ibnu Majah (aqdun bilqolbi) maka riwayat Thabrany mempergunakan matan, sedangkan Bukhari-Muslim mempergunakan
47). Bandingkan Bowman, Sosiology Pengertian dan Masalah, hal ……
Ruang Lingkup “Iman ialah pandangan dan sikap hidup” ini, dengan perkataan lain, oleh Surat Baqarah ayat 165 merumuskan demikian :
Artinya : “Dan sebagian manusia adalah orang yang memperlakukan ajaran selain dari Allah (selain Al-Quran msR-NYA) menjadi pembina pandangan dan sikap hidupnya. Mereka mencintai yang demikian itu seperti mencintai ajaran Allah msR-Nya. Tetapi yang benar-benar ber-IMAN (hidup berpandangan dan bersikap dengan Al Quran msR-NYA) adalah sangat rindu untuk hidup dengan ajaran Allah msR-NYA. Dan jikalaulah yang berlaku Dzulumat msS itu sudi melihat (dengan pandangan al Quran msR) niscaya pada saat itu akan melihat laku perbuatan Dzulumat msS Satu siksa nestapa. Bahwa sebenarnya kekuatan hidup tangguh itu adalah dengan ajaran Allah msR-NYA secara bulat. Dan Allah dengan pembuktian al Quran msR-NYA adalah pembalas kehidupan sangat jahat atas pilihan Dzulumat msS biadab”.

Dengan demikian maka istilah “Iman ialah pandangan dan sikap hidup” sama dengan “sangat rindu untuk hidup” atau “dipuncak kerinduan” atau dilambung cinta/ rindu untuk hidup dengan ajaran Allah (Al Quran) msR-NYA. Dan sebagai perbandingan, guna memperoleh satu penghayatan yang kongkrit, ambil saja contoh: sepasang Pemuda dan Pemudi (atau masing-masing kita sendiri yang sudah berumah tangga, selagi dalam proses berumah tangga), yang sedang dilanda asmara atau dilambung cinta, yaitu ingin hidup berumah tangga yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal yang demikian kadang-kadang juga disebut “mabuk asmara” atau “gila asmara/ cinta”. Tetapi dimaksud yang terakhir ini pasti bukan gila yang mengandung arti sakit saraf. Demikianlah konsekwensinya jikalau kata kerja,” aamana ,yu’minu , iimaanan , mu’minun ” pembentukan bentuk katanya adalah alternatif dari Isim (Kata Benda) yaitu menurut Hadits yang kita sitir diatas. Dan hal ini pasti akan bertolak belakang terhadap alternatif pembentukannya dari kata kerja Tiga Huruf Pokok.
Sudah……....

----------------------------

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang berpandangan dan bersikap hidup kepada Allah menurut Sunnah Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar – benar beriman”. (Q.S al-Hujurat [49] :15)


Sampe disini Clear and Clean kan ? sekali lagi ditegaskan, Iman itu bukan percaya, tetapi Pandangan dan Sikap Hidup. Tentunya Pandangan dan Sikap Hidup menurut mau-NYA. Right ?

TATAKRAMA FEODALISME vs TATAKRAMA ISLAM

Dalam studi antropologi, istilah culture (budaya) dibedakan dengan istilah civilization (peradaban). Makna culture atau kebudayaan secara etimologis berkaitan dengan sesembahan yang dalam bahasa latin berarti “cultus” dan “culture”. Sementara, peradaban atau civilization berkaitan dengan kata “cives” yang berarti warganegara. Apabila budaya adalah pengaruh agama (baca: Dien) terhadap diri manusia, maka peradaban adalah pengaruh akal pada alam.

Sistem kebudayaan terdiri atas nilai-nilai budaya berupa gagasan yang sangat berharga bagi proses kehidupan. Oleh karena itu, nilai budaya dapat menentukan karakteristik suatu lingkungan kebudayaan di mana nilai tersebut dianut. Nilai budaya langsung atau tidak langsung tentu akan diwarnai oleh tindakan-tindakan masyarakatnya serta produk kebudayaan yang bersifat materiil.

Dengan kerangka seperti ini dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik budaya Feodalis dalam kaitannya dengan sistem Islam, dan melakukan interaksi timbal-balik di dalamnya. Islam sebagai sebuah sistem penataan akan selalu ber-interaksi dengan budaya diluar Islam.

Islam memiliki sudut pandang yang berbeda tentang peradaban dan kebudayaan. Islam melihatnya dari aspek qalbu, ucapan dan laku perbuatan sekaligus. Peradaban qalbu adalah aset yang paling penting. Manusia yang membangun dan berkemajuan, yang bertaqwa, itulah yang harus diutamakan, bukan benda material hasil pembangunan itu.

Interaksi penataan Islam namun berbalut feodalisme protokoler dalam menjalankan interaksi antar sesama manusia sebagai "wujud Asli" Sistem hidup yang katanya Islami di dunia ini.....hingga saat ini.

Tentu segala upaya memurnikan membetulkan kembali Islam, benar-benar terganjal oleh benteng "tatakrama dan etika" feodalis yang telah mencelupi praktek-praktek mistis yang didogma-kan ke dalam kisah-kisah Israiliat oleh para Lasykar Yahudi (walaupun mereka akan marah jika disebut sebagai lasykar/agen Yahudi) yang telah menjadi penganut "Islamisme".

DEFINISI KASTA

Kasta dari bahasa Portugis adalah pembagian masyarakat. Dalam agama Hindu, istilah Kasta disebut dengan Warna (Sanskerta: वर्ण; varṇa). Akar kata Warna berasal dari bahasa Sanskerta vrn yang berarti “memilih (sebuah kelompok)”. Dalam ajaran agama Hindu, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya.

Islam adalah agama yg mempunyai kerangka dasar kesederajatan seluruh manusia, dari mulai bangsawan tingkat tinggi sampai gembel yg paling rendah di pandang sama, yg membedakan hanya sejauh mana seseorang melakukan pengabdian yg maksimal terhadap ajaran Allah (taqwa). Kerangka dasar Islam seperti itu.

Mari kita lihat kehidupan sosial masyarakat Islam (isme), pada kenyataannya masih banyak terjadi dalam masyarakat Islam mempraktekkan kastanisasi, seperti dalam Hindu, di dalam Islam juga contoh yg mudahnya adalah masalah perkawinan, karena memang perkawinan merupakan langkah awal bagi terjadinya segala teori hubungan sosial antar manusia. Kita ambil contoh di kalangan para habib atau syarif, jika perempuan di sebut habibah atau syarifah. Habib atau syarif adalah anak keturunan Nabi Muhammad SAW, katanya. Pernah terjadi di mekkah sana, seorang pria berdarah arab biasa mengawini seorang wanita syarifah, mereka saling mencintai. Ketika berita perkawinan di dengar oleh para pembesar habib, mereka menentang keras perkawinan tersebut sampai para ulamapun turut menyelesaikan perkaranya, kemudian perkawinan di bubarkan setelah sebelumnya pengantin pria hampir di hakimi massa, ahirnya dia memilih untuk menceraikan istrinya.

Dalam kacamata kaum Islamisme yang feodal...tidak ada tempatnya bagi seorang anak manusia dari kasta rakyat jelata "mengugat" kasta yang lebih tinggi darinya.... yaitu kasta kaum priyayi ...ajengan...pangeran...kyai...ustadz...ulama...raden dalem...dan berbagai gelar feodal yang mendompleng nama-nama tokoh pengamal Islamisme di dunia ini...

Padahal telah terjelma nyata suatu kejadian di muka bumi ini ...ketika Khalifah Umar bin Khattab pernah merayu seorang budak pengembala kambing untuk membohongi majikannya.... maka serta merta "tanpa tedeng perbedaan hirarki khalifah - budak pengembala kambing" maka si budak tersebut mengugat rayuan "top leadernya" yaitu sang khalifah.... dan kemudian dimerdeka-kanlah sang budak gembala itu atas dasar gugatan kepada khalifahnya ... dimana keberanian menggugat semacam itu benar-benar suatu indikasi dari tingginya nilai ketaqwaannya dari budak kalangan rendahan yang tidak pernah terbatasi oleh suatu halangan perbedaan tingkatan hirarki sosial.

Simbol yang katanya etika, cium tangan adalah bagian dari tradisi tatakrama Feodal. Anak-anak cium tangan ayah ibunya setiap pagi sebelum sekolah. Kepada yang lebih tua juga cium tangan... Masak feodal? Kita kan negara timur, tradisinya bukan cipika cipiki.... Risih malahan kalau cipika cipiki.... Duuuh...assosiasi feodal masak sama dengan cium tangan.... Analisanya rendah bangetttt??? Itu kebanyakan sergahan masyarakat pada umumnya jika dikatakan bahwa cium tangan adalah produk etika peninggalan Feodalisme....Yang bergaya feodal lainnya, membentak-bentak orang, memerintah seenaknya, minta dilayani dan tidak mau berbaur dengan rakyat jelata.

Apakah kita termasuk yang sering MEMBUNGKUK di hadapan orang yang LEBIH TUA, ... Apakah itu bentuk KESOPANAN dan PENGHORMATAN kepada ORANG LAIN??....

Diskriminasi inilah yang menjadi cikal-bakal semua bencana dalam kehidupan umat manusia, dan bahkan sampai hari ini tetap menjadi penyebab utama semua bencana dan malapetaka yang dialami manusia. Tidak ada kepedulian social di antara kalangan manusia, karena setiap manusia sibuk dengan urusan dan kepentingan mereka masing-masing. Kondisi inilah yang dilukiskan oleh al-Qur’an sebagai kondisi jahiliyah, serbuah zaman yang oleh para ahli sering diterjemahkan dengan “zaman kepicikan” (time of ignorance) atau “zaman kebiadaban” (time of barbarism).

Kondisi yang demikian itulah yang hendak diperbaiki Nabi melalui dakwah islamiyahnya. Nabi melihat bahwa system kehidupan bermasyarakat yang dijalani oleh bangsa Arab itu sangat bertentangan dengan system penataan Islam.
 ..................

Masalah cium tangan

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani mengatakan,
“Tentang cium tangan dalam hal ini terdapat banyak hadits dan riwayat dari salaf yang secara keseluruhan menunjukkan bahwa hadits tersebut shahih dari Nabi. Oleh karena itu, kami berpandangan bolehnya mencium tangan seorang ulama  jika memenuhi beberapa syarat berikut ini.
1. Cium tangan tersebut tidaklah dijadikan sebagai kebiasaan. Sehingga pak kyai terbiasa menjulurkan tangannya kepada murid-muridnya. Begitu pula murid terbiasa ngalap berkah dengan mencium tangan gurunya. Hal ini dikarenakan Nabi sendiri jarang-jarang tangan beliau dicium oleh para shahabat. Jika demikian maka tidak boleh menjadikannya sebagai kebiasaan yang dilakukan terus menerus sebagaimana kita ketahui dalam pembahasan kaedah-kaedah fiqh.
2. Cium tangan tersebut tidaklah menyebabkan ulama tersebut merasa sombong dan lebih baik dari pada yang lain serta menganggap dirinyalah yang paling hebat sebagai realita yang ada pada sebagai kyai.
3. Cium tangan tersebut tidak menyebabkan hilangnya sunnah Nabi yang sudah diketahui semisal jabat tangan. Jabat tangan adalah suatu amal yang dianjurkan berdasarkan perbuatan dan sabda Nabi. Jabat tangan adalah sebab rontoknya dosa-dosa orang yang melakukannya sebagaimana terdapat dalam beberapa hadits. Oleh karena itu, tidaklah diperbolehkan menghilangkan sunnah jabat tangan karena mengejar suatu amalan yang status maksimalnya adalah amalan yang dibolehkan (Silsilah Shahihah 1/159, Maktabah Syamilah).
Akan tetapi perlu kita tambahkan syarat keempat yaitu ulama yang dicium tangannya tersebut adalah ulama ahli sunnah bukan ulama pembela amalan-amalan bid’ah.

Membungkukkan badan sebagai penghormatan

Dari Anas bin Malik, Kami bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, apakah sebagian kami boleh membungkukkan badan kepada orang yang dia temui?”. Rasulullah bersabda, “Tidak boleh”. Kami bertanya lagi, “Apakah kami boleh berpelukan jika saling bertemu?”. Nabi bersabda, “Tidak boleh. Yang benar hendaknya kalian saling berjabat tangan” (HR Ibnu Majah no 3702 dan dinilai hasan oleh al Albani).
Dari uraian di atas semoga bisa dipahami dan dibedakan antara amalan yang dibolehkan oleh syariat Islam dan yang tidak diperbolehkan.
...................

TIDAK ADA KASTA DALAM ISLAM, dalam Islam meliputi seluruh golongan masyarakat, maka di sana tidak ada segolongan manusia lebih tinggi daripada segolongan yang lainnya. Tidak boleh harta, kedudukan, nasab atau status sosial atau apa pun menjadi penyebab sombongnya sebagian manusia atas sebagian yang lain.

Tidak ada di dalam masyarakat Islam kasta-kasta, sebagaimana hal itu dikenal dalam masyarakat Hindu, Budha dan Barat pada abad pertengahan. Di mana dikenal bahwa golongan cendikiawan dan para penunggang kuda, para uskup dan lainnya itulah yang berhak mewarisi untuk menentukan nilai, tradisi dan hukum yang berlaku.

Sampai hari ini masih ada sebagian bangsa di mana kelompok tertentu berhak untuk menentukan dan mengendalikan garis ideologi bangsa tersebut, hukum-hukumnya serta sistem sosial dalam kehidupan masyarakatnya. Misalnya negara India.

Di dalam Islam memang ada orang-orang kaya, akan tetapi mereka itu tidak membentuk kelompok tersendiri yang mewariskan kekayaannya. Mereka adalah individu-individu yang biasa seperti lainnya.

Di dalam Islam memang ada ulama, tetapi mereka itu tidak membentuk golongan yang mewariskan tugas tersebut. Melainkan bahwa tugas itu terbuka untuk siapa saja yang berhasil memperoleh keahlian di bidang keilmuan dan studi. Dia bukan merupakan tugas kependetaan seperti yang dilakukan oleh para pendeta dan uskup dalam agama lain, tetapi merupakan tugas mengajar, dakwah dan memberi fatwa. Mereka adalah ulama bukan pendeta.

Allah berfirman sebagai berikut:
“Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” (Al Ghasyiyah: 21-22)

Dalam Al quran surah Qaaf: 45 disebutkan:
“Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Qur’an orang yang takut kepada ancaman-Ku.”

Nabi Muhammad saw bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya ayahmu satu dan sesungguhnya ayahmu satu. Ketahuilah, tidak ada keunggulan orang Arab atas non-Arab, tidak pula non-Arab atas orang Arab, serta tidak pula orang berkulit hitam atas orang yang berkulit merah. Yang membedakan adalah taqwanya.” (HR. Ahmad).

Rasulullah SAW hidup di tengah kaumnya, mareka dapat bertemu dan bergaul secara bebas tanpa ada protokoler seperti di sistem kenegaraan ataupun organisasi-organisasi yang ada saat ini. Bentuk penghormatan terhadap bendera juga merupakan bentuk penyerupaan orang-orang Feodal, yahudi dan nasrani. Mentaklid (mengikuti) tradisi mereka yang jelek serta menyamai mereka dalam sikap berlebihan terhadap para pemimpin dan protokoler-protokoler resmi, padahal, Rasulullah SAW melarang kita berlaku sama seperti mereka atau menyerupai mereka.
....................

Rasulullah Tak Ingin Diperlakukan Lebih

Ini adalah sepenggal kisah keteladanan Rasulullah Muhammad SAW yang dikutip dari Abbas Mahmud Aqqad.  Suatu ketika di persinggahan suatu perjalanan Nabi SAW meminta sahabat-sahabatnya menyiapkan makanan dengan menyembelih seekor kambing.
Seketika itu di beberapa orang dari sahabat itu berkata, ''Wahai Rasulullah, saya yang akan menyembelih kambing.'' Yang lain mengatakan, ''Saya yang akan mengulitinya. Aku yang memasaknya,'' sahut sahabat lain tidak mau ketinggalan berbakti kepada beliau.

Nabi tersenyum mendengar perkataan dan kesediaan para sahabat itu. Lalu beliau berkata, ''Aku yang akan mengumpulkan kayu bakarnya.'' Mendengar perkataan beliau, hampir serentak para sahabat berkata, ''Wahai Rasulullah, sudahlah engkau tidak usah bekerja.''

Nabi langsung menimpali, ''Aku tahu kalian akan mencukupiku, tetapi aku membenci bila aku dilebihkan di antara kalian. Sesungguhnya Allah membenci hamba-Nya yang menginginkan diperlakukan istimewa di antara sahabat-sahabatnya.''

Demikianlah seorang pemimpin seharusnya. Setiap pemimpin perlu, bahkan harus meneladani kepemimpinan Nabi SAW. Meski sebagai pemimpin, bahkan sebaik-baiknya manusia, beliau tidak ingin dirinya terkesan khusus dari sesamanya. Perlakuan kepada pemimpin atau atasan jangan melebihi perlakukan kepada rakyat yang lain.
........................

Ketika orang sudah memiliki gelar yang mentereng, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia, sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”.

Coba lihat lagi bagaimana keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Beliau membantu istrinya. Bahkan jika sendalnya putus atau bajunya sobek, beliau menjahit dan memperbaikinya sendiri. Ini beliau lakukan di balik kesibukan beliau untuk berdakwah dan mengurus umat.

Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth). Lihatlah beda dengan kita yang lebih senang menunggu istri untuk memperbaiki atau memerintahkan pembantu untuk mengerjakannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa rasa malu membantu pekerjaan istrinya. ‘Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di rumah. Lalu ‘Aisyah menjawab, Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no. 676). Beda dengan kita yang mungkin agak sungkan membersihkan popok anak, menemani anak ketika istri sibuk di dapur, atau mungkin membantu mencuci pakaian.

Nabi diketahui tak pernah mengeluh meski keadaan kurang mendukung. Hatinya sangat lapang. Pernah Nabi tak medapati makanan apapun untuk sarapan di meja dapurnya. Seketika Nabi berniat puasa untuk hari itu.

Begitulah. Rasulullah tak ingin menjadi beban orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Nabi bahkan selalu memanggil Aisyah dengan sapaan mesra ”ya humaira” (wahai pemilik pipi kemerah-merahan).

Pengalaman lain yang tetap membekas di hati Aisyah adalah ”peristiwa di pagi buta”.

Suatu hari Aisyah dicengkram rasa khawatir. Hingga menjelang shubuh ia tidak menjumpai suaminya tersebut tidur di sebelahnya.

Dengan gelisah Aisyah pun mencoba berjalan keluar. Ketika pintu dibuka, Aisyah terbelalak kaget. Rasulullah sedang tidur di depan pintu.

"Mengapa Nabi tidur di sini?"

"Aku pulang larut malam. Karena khawatir mengganggu tidurmu, aku tak tega mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu," jawab Nabi.

Dengan demikian, tidak aneh, setiap Aisyah ditanya soal kepribadian Nabi, ia selalu menjawab tegas, "kana khuluquhu al-qur'an." Akhlaknya tak ubahnya al-Qur'an...

Allohumma sholli 'ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammad..( Ya Allah hantarkanlah/sampaikanlah saya, dengan shalat ini mencapai kehidupan menurut sunnah Muhammad, yaitu kehidupan yang telah memenuhi harapan pendukung-pendukungnya, maka tetapkanlah hidup saya dengan ISLAM satu-satunya penataan hidup tiada tanding.)

Betapa mulia akhlak Rasulullah SAW... Patut dijadikan teladan oleh kita...
....................

FEODALISME PESANTREN

Islam sebagai agama yang datang sesudah Hindu dan Budha telah memberikan perubahan yang cukup signifikan terhadap kehidupan masyarakat Jawa. Meskipun ajaran Islam sudah mendominasi baik dari segi ajaran maupun budaya, namun ada juga beberapa kebudayaan non-Islam yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa, salah satunya adalah kebudayaan feodal. Memang budaya feodal saat ini tidak begitu kental (mengakar) di dalam kehidupan masyarakat jawa seperti dulu. Adapun faham feodal yang masih begitu kentara pada saat ini dapat kita lihat dalam lingkungan pesantren, terutama model pesantren klasik (tradisional).

 Pengertian

Feodalisme berasal dari kata feodal yang artinya penguasaan tanah/daerah/wilayah. Bisa berarti juga feodal adalah karakteristik hidup suatu masyarakat dengan corak (dipengaruhi) olah sifat kebangsawanan.

Feodalisme adalah sebuah sistem pemerintahan dimana seorang pemimpin, yang biasanya seorang bangsawan memiliki anak buah banyak yang juga masih dari kalangan bangsawan juga, tetapi lebih rendah kedudukannya dan biasa disebut dengan istilah vazal. Para vazal ini wajib membayar upeti kepada tuan mereka. Sedangkan para vazal pada gilirannya juga mempunyai anak buah dan abdi-abdi mereka sendiri yang memberi mereka upeti. Dengan begitu muncul struktur hierarkis yang berbentuk piramida.

Masyarakat Jawa, khususnya zaman dahulu mempunyai sikap hidup yang feodalistis. Mereka sangat hormat dengan keluarga bangsawan (orang-orang yang bertitel Raden Ayu, Raden Mas, Gusti Pangeran Haryo, dan lain-lain), terhadap abdi dalem, terlebih terhadap ingkang sinuhun. Sikap ini sampai sekarang masih cukup terasa, terutama pada lingkungan pemerintah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

 Feodalisme di pesantren

Feodalisme dalam masyarakat pesantren merupakan salah satu ciri khas sebagaimana identitas masyarakat tradisional lainnya. Feodalisme yang kental adalah pengkultusan (pengidolaan) terhadap figur seorang kyai. Dari sini terdapat keterlibatan pada pola hubungan kyai dengan santri yang vertikal. Norma tersebut melahirkan derivasi (asal muasal) yang dibangun sendiri oleh masyarakat pesantren yaitu bila tidak hormat maka tidak akan mendapatkan berkah. Dari sinilah terbangun sikap kepatuhan tanpa batas. Dalam istilahnya sami’na wa atha’na (mendengar dan mematuhi segala perintah kyai). Dengan kata lain mereka (santri) menganggap bahwa segala perkataan dan perbuatan kyai adalah benar pada wajib dipatuhi.

Superioritas kyai tersebut melahirkan karakter kepribadian individualis yang tidak mau diintervensi. Budaya feodalistik yang demikian menyebabkan kyai selalu ingin ditempatkan pada posisi superior (lebih tinggi). Superioritas kyai secara tidak sadar melahirkan karakter kepribadian individualis yang tidak mau orang lain ikut campur dan kyai cenderung tidak suka bila ada orang yang lebih tinggi di atasnya.

Karena sifat kyai yang superior maka seorang kyai cenderung tidak berkenan apabila figure baru muncul. Lebih-lebih bila figure tersebut muncul dari luar anggota keluarga. Kecenderungan lain dari kyai adalah selalu berwatak ingin menjadi pengasuh, baik di lingkungan pesantren maupun di luar pesantren. Sehingga bila ada kondisi yang bertentangan dengan apa yang diyakini kyai, maka kyai berkehendak mengatasinya. Kepercayaan yang berlebih kerap kali melahirkan arogansi dan memancing perlawanan dari pihak lain.

Selain itu tidak ada seorang pun yang berani melawan kekuasaan dan otoritas seorang kyai yang disini berkedudukan sebagai orang yang memimpin pesantren. Otoritas kyai yang sangat kuat meinmbulkan tingkatan antara santri dan kyai. Santri tidak boleh melangkahi kyai. Hal yang demikian akan membawa dampak tertutupnya kreatifitas santri, meskipun sebetulnya mobilitas vertikal umat Islam lebih terbuka dibandingkan denga agama-agama lain.

Tampilnya figur kyai yang demikian tidak lepas dari kultur yang terbangun di dunia pesantren yang sentralistik-feodal, semua kebijakan ada di tangan kyai, para pengurus pondok sebatas eksekutor kebijakan kyai. Berbagai tata tertib dan aturan dibuat sesuai kehendak kyai tanpa adanya forum musyawarah. Maka tidak heran bila ada sebutan bahwa kyai adalah raja-raja kecil, dan tidak jarang bagi yang melanggar aturannya sering kali mendapat hukuman di luar batas pola pendidikan yang membebaskan.

 Akibat Budaya Feodal

Budaya feodal sebenarnya berasal dari negara kolonial Belanda yang diwariskan kepada bangsa Indonesia saat mereka berkuasa. Budaya feodal digunakan Belanda untuk mengatur daerah jajahannya, dan cenderung bersifat memaksakan kehendak guna memperoleh kekuasaan.

Konflik akibat sikap feodal kyai di dunia pesantren berpola sama dengan konflik perebutan pengaruh umat, yakni sama-sama berusaha melanggengkan kekuasaannya. Dalam perspektif sistem sosial, bentuk feodalisme kyai pesantren terbangun atas kultur yang sudah sejak dulu berlangsung terus-menerus sampai saat ini, dan ditopang juga dengan tidak adanya sistem suksesi kepemimpinan, karena secara individu kyai berusaha untuk mempertahankan keberadaannya dengan menjalankan watak feodal dan individual. Sikap otoriter seorang kyai seringkali muncul ketika ia menganggap sesuatu yang ada dihadapannya adalah ancaman. Maka ia akan berusaha untuk menyingkirkan ancaman tersebut melalui sikap otoriternya tadi.

Perilaku feodal dapat memunculkan konflik yang bermula dari kepentingan sesama kyai, sesama pengasuh, atau sesama anak kyai dalam sebuah pesantren. Konflik kian parah ketika mereka mengikutsertakan santri agar menjadi pengikutnya. Cakupan konflik pun melebar sehingga antar pengikut saling berseteru. Jika hal ini terus berlanjut maka akan menimbulkan konflik yang tidak hanya kerugian harta, tapi bisa juga menelan korban jiwa.

Cara Menghilangkan Budaya Feodalisme di Pesantren

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyusun ulang pemahaman tentang sosok kyai. Perlu dipahami bahwa kyai bukanlah Nabi yang tidak memiliki salah sedikitpun. Bagaimanapun kyai adalah manusia yang tidak selamanya perkataan dan perbuatannya benar. Dengan begitu sikap mengkultuskan sosok kyai pun secara berangsur-angsur berkurang. Namun demikian bukan berarti menganggap remeh kyai, karena bagaimanapun kyai adalah sosok yang perlu ditadzimi, akan tetapi jangan terlalu berlebihan.

Kedua, perlunya forum musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan. Islam sendiri menganjurkan umatnya untuk bermusyawarah dalam setiap urusan, terlebih hal-hal yang menyangkut maslahat orang banyak. Melalui musyawarah, diharapkan keputusan yang diambil bisa mengakomodir semua pihak dan tidak ada salah satu golongan atau kelompok yang tidak sepakat atau merasa dirugikan. Selain itu musyawarah juga dapat dijadikan sarana pendidikan demokrasi.

Ketiga, menumbuhkembangkan sikap egaliter. Seorang kyai yang egaliter ternyata lebih disukai santri ketimbang kyai yang otoriter. Sikap egaliter kyai mampu mendekatkan dirinya dengan santri. Dengan demikian secara otomatis sikap kekeluargaan dan kebersamaan pun akhirnya dapat terbentuk.

LATAR BELAKANG BANGSA INDONESIA

KAJIAN PERTEMUAN PERTAMA

Latar Belakang Bangsa Indonesia

AlQuran Menurut Sunnah Rasul
AlQuran menurut Sunnah Rasul, AlQuran dipraktekkan oleh Rasul dalam kehidupan sehari-hari, tidak bisa menurut si A atau si B. Kenapa tidak AlQuran dan Sunnah? seolah-olah “Al Quran dan Sunnah” dimana AlQuran hukum dari Allah dan Sunnah hukum dari Rasul, seolah-olah ada 2 hukum, hukum AlQuran dan hukum Sunnah. AlQuran dari teori Allah dan Sunnah dari Rasul. Tapi kalau AlQuran menurut Sunnah Rasul, bermakna 2 atau 1? Tentu bermakna 1 bahwa AlQuran sebagai teori hidup, Sunnah sebagai praktek hidup.

Apa itu hidup?
Hidup adalah melaksanakan ilmu pengetahuan Ideologi Politik Ekonomi Sosial Budaya Pertahanan dan Keamanan (IPOLEKSOSBUDHANKAM) yang menyangkut kebutuhan hajat hidup manusia. Menghidupkan apa? Menghidupkan Ipoleksosbudhankam, hidup tidak cuma bernafas saja.

QS 53:3-4
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

melaksanakan ipoleksosbudhankam bukan berdasar hawa nafsu tapi mengikuti wahyu. sehingga Muhammad disebut sebagai Al Quran berjalan.

Sebelum melanjutkan kepada pembahasan AlQuran, apa sih yang dikatakan AlQuran, AlQuran satu ilmu, sebelum menjelaskan AlQuran menurut sunnah Rasul kita harus paham dulu posisi Indonesia ketika mereka datang, AlQuran dating dari Arab, kita sedang apa dan bagaimana, situasi dan kondisi ketika kedatangan AlQuran dari Arab pada abad ke 7, di Indonesia sedang apa? Dan di Arab pun sedang terjadi seperti apa kondisi nya pada saat AlQuran diperkenalkan keluar dan sampai ke Indonesia.

maka dibuka satu materi LBBI, Latar Belakang Bangsa Indonesia

latar belakang = asal usul

Bangsa (menurut prof. Ernest Renand) adalah sekelompok manusia yg mendiami satu wilayah atas dasar perjalanan sejarah dimana senasib sepenanggungan dimana suka duka ditanggung bersama.

Hadist nabi Muhammad: ”Almu’minuu lil mu’miniina kamasalil jasad” (mukmin yg satu dengan yg lainnya bagaikan satu jasad).

Yang menjadi persoalan, katakan di Indonesia ini 89% umat islam, yang menjadi pertanyaan, apakah yang 89% islam ini sudah sesuai kata ernest renand atau sudah sesuai kata nabi Muhammad , kamasalil jasad ( bagaikan satu jasad), survey 89% umat islam belum bersatu, jauh api dari panggang, umat islam Bangsa Indonesia tidak terjadi bahkan dunia, malah centang perentang, berkelompok-kelompok, kenapa umat islam di Indonesia  bahkan dunia tidak pernah bersatu? Jawabannya adalah:
1. Harus memahami proses pembentukan Indonesia 1
2. Harus memahami proses pembentukan Indonesia 2
baru disimpulkan Indonesia

Proses pembentukan Indonesia 1 diawali dengan terjadinya ketika nabi Ibrahim hijrah secara besar-besaran dari Babilon/Irak sekarang, pada abad 5 SM
Jalur hijrah meliputi 3:

1. masuk melalui indopus - mongolia/cina dalam - cina - jepang - birma – Myanmar (asia kecil) - nusantara >>  tercipta  Ras Polinesia

2. Irak - mongolia/cina dalam - cina - jepang - burma - malaysia - nusantara >> tercipta ras melanesia

3.  Cina - solomon -australia - nusantara tercipta ras austronesia (rambut ikal , papua)

Ke 3 rumpun ini terjadi sosialisasi melalui nikah, maka keturunannya menjadi indo/campuran, nesia/ nation/ Bangsa , Indonesia = Bangsa campuran, maka kalau kita lihat wajah masyarakat Bangsa Indonesia maka akan segala ada, cina, arab, amerika, jepang, India, inggris, dll.

Pembentukan Indonesia 1 seperti inilah sehingga akan ada organisasi NU, Persis, Muhammadiyah, dll. Saya benar, Anda salah, merasa benar sendiri, karena itulah disebut Bangsa campuran.

Pembentukan Indonesia ke 2
Kelanjutan dari Indonesia 2 ini aset Bangsa/kepemilikan Bangsa saat itu, aset alam. Pikiran Bangsa Indonesia saat itu adalah animisme dan dinamisme, animisme adalah paham yang mengajarkan setiap benda mempunyai ruh, paham satu kekuatan gaib. Dinamisme/dinamu/dinamis adalah satu benda ada ruh dan mempunyai kekuatan, nenek moyang kehidupan sehari-harinya sebagai nelayan berdiam diri di pesisir pantai, sehingga nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung. Karena hidup di hutan takut, sehingga hidupnya dipantai, tidak mau hidup di hutan karena takut ruh. Maka hutan menjadi lestari/menjadi harta kekayaan terpendam/karun, misalnya rotan, rempah-rempah,  maka disebut bagaikan Djamrud Khatulistiwa. Karena di Indonesia ada harta karun tapi tidak dilirik oleh Bangsa Indonesia sendiri, maka harta karun dilirik/dilihat oleh Bangsa lain.

Yang pertama dilihat/dilirik adalah oleh Bangsa India yang beragama Hinduisme, kata orang India, “kalau kita mampu mengeksploitir Bangsa Indonesia dengan cara mengambil rempah-rempah dari Indonesia, tapi bagaimana supaya mampu menguasai Indonesia, maka India datang pada abad ke 1 M, setelah meninggalnya nabi isa 100th , India datang ke Indonesia dg mengatakan; “Wahai Bangsa Indonesia, saya datang dengan damai saya datang dengan mengajarkan agama Hindu, agama yg mengajarkan banyak Dewa. Maka ada Dewa yang menurunkan hujan, rizki dan lain sebagainya. Maka agama ini diterima oleh Bangsa Indonesia.

Maka di Indonesia bertambah alam pikir sehingga menjadi 3: animisme - dinamisme –Hinduisme. Hinduisme agama yg mengajarkan bahwa kehidupan tergantung pada Dewa, ada beberapa yg menentukan manusia:
1 Dewa brahmana
2 Dewa ksatria
3 Dewa meisya
4 Dewa sudra
Dewa-Dewa ini asalnya dari satu Dewa dari Dewa tarjabat,
Dewa ini mencincang diri :
kepala menjadi matahari - brahmana
tangan bintang - ksatria
badan langit - pedagang
kaki hamparan bumi  sudra - buruh

Ajaran Hinduisme mengajarkan teori kasta,
Kata orang Hindu “saya datang kesini ingin menyampaikan bahwa kita hidup harus menyembah Dewa, semua sudah dijaga oleh Dewa. Seperti tanah, sawah. Dan teori tersebut diterima oleh Bangsa Indonesia tapi orang India tetap sebagai warga Dewa brahmana sedang indonesa sebagai Dewa sudra. Maka India membentuk kerajaan Syailendra, rajanya orang India, yang dijajah orang Indonesia. Sehingga kata orang India bahwa dihutan sekarang tidak ada ruh yang jahat, maka orang Indonesia bisa ambil rotan, jati, rempah-rempah untuk dijual ke India, nanti bisa di ganti dengan uang, juga diajarkan cara membuat perabot rumah tangga. Lama kelamaan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa India.

Setelah mempunyai rempah-rempah, rotan, jati, oleh India hasil hutan tersebut dijual ke China melalui Arab, China mengetahui barang ini dari mana, dari Indonesia, supaya lebih murah maka China datang ke Indonesia, lebih baik langsung ke Indonesia, mulai abad ke 4M datang China ke Indonesia dengan membawa agama Budhaisme, sama dengan Bangsa India, bahwa, ”wahai Bangsa Indonesia, saya datang dengan damai saya datang dengan mengajarkan agama Budha, bahwa kehidupan ini sudah tidak baik dengan berkasta tapi harus ber Kaisar.  Agama Budha dari Sidarta Gautama, anak dari raja India kapilawastu yang menentang teori kasta, kata sidarta gautama “ayahanda bahwa teori kasta sudah tidak sesuai lagi tapi harus dengan cara ber Kaisar. 

Kemudian bangsa indonesia agar menjual hasil hutannya tidak ke India nanti saya (China) bayar lebih, bahkan oleh China diberi tambahan dengan ketrampilan misal cara membuat bakso, cilok, siomay, tembikar, lama kelamaan Bangsa China menguasai Bangsa Indonesia dengan didirikannya kerajaan Sriwijaya. Bangsa China berjualan ke Eropa melalui Arab, sehingga pada abad ke 7 Arab yang sudah dipegang Muawiyah, yang menguasai Arab sebagai kerajaan, setelah terbunuhnya 4 sahabat, yang terakhir adalah sahabat Ali, Muawiyah dengan alatnya Majelis Ulama Murji’ah, merusak makna islam yang sesungguhnya, islam yg datang ke Indonesia sudah dalam kondisi rusak makna dan esensi nya, islam datang ke Indonesia sudah sebagai paham, sebagai islamisme (isme -paham ,ajaran isme, padahal ajaran itu AlQuran, sedang islam itu penataan, khalifah islam diganti dengan kerajaan, makna islam dirubah menjadi makna yang sempit). Mereka mengajarkan kepada Bangsa Indonesia al ulama’u warosatul anbiya, bahwa ulama warisan nabi, saya (Arab) jadi ulama/Kyai, Indonesia jadi santri, Arab Sentris. Mereka mengajarkan Allah itu satu, ada hukum Fiqh (Sunnah, halal, makruh, mubah), Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, dan dijauhkan dari ajaran yang sesungguhnya, AlQuran, yang pada zaman Rasul SAW pun tidak ada paham-paham yang ada dalam kitab-kitab pengganti AlQuran sekarang ini, mereka mengklaim bahwa kitab-kitab yang ada adalah penjelas dari AlQuran juga, dari Allah juga (QS 2: 79. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu….).  Lama kelamaan islamisme mewarnai alam pikiran Bangsa Indonesia, yang tadinya menganut paham Animisme, Dinamisme, Hinduisme, Budhaisme, kemudian Islamisme. Semua agama mengajarkan harus berbuat baik, bila kalian beramal baik, kalian akan masuk surga. Surga itu adalah seperti yang diajarkan Budha, Hindu, lihat film Sun Go Kong, kalau mau ke surga di surga ada para Dewa, kenapa jadi campur aduk begini? Disatu sisi kita harus ber islam tapi disisi lain menggunakan ajaran Hindu Budha. Sudah mulai terkontaminasi alam fikiran ini.

Dengan adanya Islamisme apakah ajaran Animisme, Dinamisme, Hinduisme, Budhaisme hilang? Tidak!! Malah tercampur-aduk! Apalagi ketika Arab berdagang bercampur dengan Bangsa Eropa datang ke Indonesia dengan menjajah secara fisik, kerja rodi dan lain sebagainya.

Abad ke 12, Eropa datang dengan motto GOLD (mengeruk rempah-rempah), GLORY (membentuk kekuasaan penjajahan dengan kerajaan dll) dan GOSPEL (misi keagamaan, kristenisme), yang sebenarnya motto tersebutpun sudah digunakan juga oleh kedatangan India, China dan Arab sebelumnya. Dengan datang kristenisme terjadi penjajahan fisik secara brutal. Sebagai dendam kesumat atas perang Salib. Setiap ada titik Islamisme pada wilayah tertentu maka akan dibasmi dengan brutal. Efek buruk dari penyebaran Islamisme yang dilakukan oleh Muawiyah dan keturunannya dengan peperangan menjadikan dendam kesumat yang berkepanjangan hingga sekarang.

Dengan awal kedatangan Bangsa India pada abad ke 1M hingga sampai kepada kedatangan Arab (Islamisme) dan Eropa (Kristenisme), bangsa Indonesia menjadi bangsa yang majemuk, Bangsa Majemuk kata pak Soeharto, Bangsa Bunga Rampai kata pak Soekarno.

Kenapa majemuk? Karena alam pikiran rakyat Bangsa Indonesia sudah campur aduk, Animisme, Dinamisme, Hinduisme, Budhaisme, Islamisme, Kristenisme. Bisa dilihat dari tata cara perkawinan dari calon pria, janur, penyambutan para Dewa, masuk pekarangan suka menginjak telur, pecah kendi, ditunggu sampe jam 22 malam, kristenisme dengan cara memakai jas kemudian dipajang. Ini lah hasil Bangsa Indonesia yg tidak menentu. Kalau tidak menentu maka akan ditentukan oleh Bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia adalah delta (pertemuan sampah), delta isme, pertemuan segala isme, Indonesia mau dijadikan isme apa? Sehingga sebutannya dijajah, namun pada 1945 Indonesia merdeka, dengan anggapan penjajah hengkang dari Indonesia, ya mereka hengkang secara fisik, tapi penjajahan secara alam pikir masih bercokol menjajah dalam mindset otak kita, disadari ataupun tidak (animisme, dinamisme , hinduisme, budhaisme, islamisme campur aduk dalam mindset pemikiran otak kita!).

Penjajahan adalah istilah AlQuran nya at thaghut 2:165, Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain ajaran Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai ajaran Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).  

Taghut sekarang diidentikan dgn pemerintahan, kalau pemerintahan kepada agamanya, kekuasaan harusnya kepada ajarannya.

Setiap thagut adalah imperialis, ketika islamisme datang ke Indonesia dari Arab, disana sudah bukan lagi sesuai dengan ajaran yang dibawa Rasul SAW dan para khalifah tapi sudah menjadi kerajaan, QS An Naml/27:34: Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.

Indonesia dijajah oleh kerajaan India, China, Arab, Jepang, Belanda, Eropa, itulah yg dikatakan thogut, penjajah, Indonesia malah meneruskan isme-isme yang dibawa oleh imperialis yaitu idividualis dan komunis, kapitalis, QS 3:112: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

Intinya setiap negara yg masuk ke negara lain akan merusak bangsa yg didatangi. India abad 1M, China abad 3M, Arab abad 7M, Eropa abad 17M,  merusak dengan isme yg disampaikan kepada kita. Kita berkasta, ilmu dari India menyerap pada mindset pemikiran kita, misal dari pembentukan RT, RW, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, Presiden, 7 tingkatan manusia sudah dibentuk, terindikasi pada QS 15:43-44: Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.  Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.

Kehidupan sosial piramida, sehingga Indonesia menjadi terbawah sebagai lantai dansa, sehingga tercipta penciptaan Indonesia 1 dan 2Agama dijadikan alat untuk menjajah Bangsa (QS 27:34). Indonesia dijajah sejak abad 1M, sejak nabi Isa meninggal dunia, dijajah oleh India, padahal India dulu dijajah oleh Jerman sehingga India paham bagaimana cara menjajah Bangsa, tadinya India tahu bahwa dia menjadi Bangsa tertindas oleh Jerman, maka India menerapkannya ke bangsa Indonesia, ini sebuah dasar pemikiran 2: 256:  Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

barang siapa negatif terhadap thogut maka beriman kepada billah.

cuma iman itu apa, Allah itu apa nanti kita bahas...

Harus faham terciptanya bangsa Indonesia dan fenomena agama yg masuk ke Indonesia.
QS 3:144:  Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Bahwa setiap sejarah membuktikan, sejak nabi Adam sampai Muhammad tidak lebih dari pada silih bergantinya ajaran, adalah istilah nur dzulumat/ haq batil, katakan nabi Adam nur, meninggal adam dzulumat, muncul idris nur, meninggal idris dzulumat, muncul nuh nur, meninggal nuh dzulumat, katakan sampai isa, isa dengan nur menurut Sunnah Rasul injil, ipoleksosbud dg injil, setelah meninggal isa kembali dzulumat, artinya ipoleksosbud memakai aturan manusia, kemudian datang muhammad nur dengan AlQuran. Setelah muhammad wafat, sampai sekarang belum muncul kembali, maka ada sebutan dzulqarnain, Qurun Kedua, QS 18:83: Mereka akan bertanya kepadamu (muhammad) tentang dzulkarnain (qurun kedua). katakanlah: "aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya."

Makna  kalimat dalam ayat tersebut “yas alunaka (yahudi yang bertanya) kemudian dijawab , disitu ada huruf sa, dlm qul sa at lu , tentang ilmu kurun kedua nanti akan kami akan buktikan kepada kalian bahwa itu pedoman untuk sadar kehidupan. Jadi kurun kesatu sudah beres oleh Muhammad, sisa sampah peradaban kurun kesatu dibawa oleh Muawiyah melalui ulama murj’iah dibawa kejagad raya ini, termasuk ke Indonesia yang bentuknya sudah lain, maka pada Qurun Kedua akan muncul AlQuran yang sebenar-benarnya makna, perlu diketahui barang siapa yang negatif terhadap thogut/penjajah yu min billah, berimanlah kepada Allah, beriman pada Allah bagaimana, contoh Allah itu apa?
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Dalam terjemahan Depag nya seolah-olah ada 3 hukum, musyrik ya, kata Allah jangan musyrik, karena wawu disitu diterjemahkan sebagai wawu jumlah, tidak sebagai wawu li ta’jin. Yang benar wahai orang yg berpandangan menurut Sunnah Rasul yaitu AlQuran ikuti ajaran Allah, yakni yang telah menjadi Sunnah Rasul yang memiliki semua urusan ipoleksosbud.  Setiap kata Allah dlm AlQuran jangan ansi/pribadinya  tapi dgn ismi. Apabila berbeda dgn ulil amri/urusan, kembalikan kepada ilmu Allah, AlQuran, amri siapa? Yang memimpin urusan itu ilmu, yaitu AlQuran. Katanya la ila ha illallah tiada ada pimpinan kehidupan kecuali dgn ajaran Allah, sekarang ulil amri dengan pemerintah.

Disimpulkan dg latar belakang Bangsa Indonesia ini 1:
QS 19:55: Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.

Memahami tentang Bangsa Indonesia 89% jadi centang perentang karena alam pikirannya berdasar Animisme, Dinamisme, Hindu, Budha, Islamisme dan Kristenisme kemudian datang islam yang sudah digembar gemborkan oleh Muawiyah menjadi mazhab Sunni diantaranya, Muhammadiyah, PERSIS, NU, yang lawannya Syiah, yang mengatakan daulah islamiyah bahwa Islam bernegara, islam tidak kecil seperti itu, tergantung mampu melaksanakan shalatnya, shalat pribadi adalah shalat Tahajjud dan Mauqutan diiringi dengan usaha ekonomi pribadi mesti nya, kemudian dari pribadi-pribadi dibina dengan tatanan korps pada titik masjid shalat Jumatan/Korps/Masyarakat diiringi dengan pembinaan ekonomi (Baitul Maal) secara korps/masyarakat, ditingkatkan melalui Idul Fitri (titik-titik regional masjid jumatan/masyarakat secara bersama disatukan dalam 1 titik shalat Idul Fitri), menjadi pembinaan Bangsa, diiringi pembinaan ekonomi secara Bangsa, setelah titik pembinaan shalat Idul Fitri tercapai, maka pembinaan system penataan Islam ini ditawarkan kepada bangsa-bangsa yang lain, sehingga akan tercapai kepada pembinaan antar Bangsa melalui shalat Idul Adha, Hajj, maka nabi bilang alyauma akmaltu lakum diinakum. Tidak seperti negara Iran, negara islam, tapi tidak menggunakan AlQuran, memakai aturan penataan buatan para imamnya, hasil ijtihad, republic.

Sehingga nanti latar belakang Indonesia harus paham sebelum memahami AlQuran. Bahwa alam pikiran Bangsa ini adalah majemuk. Bila kita negatif terhadap taghut berimanlah kepada Allah, QS 2:256 beriman apanya kembalikan kepada QS 4:59, bila perbedaan pendapat maka kembali kepada ilmu Allah. Wahai orang yg berpandangan dan bersikap hidup dengan AlQuran ikuti ajaran Allah, yakni yg telah menjadi Sunnah Rasul yg memiliki semua urusan ipoleksosbud.

Surat 20:25-28:
25. Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
26. dan mudahkanlah untukku urusanku,
27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
28. supaya mereka mengerti perkataanku,

Amri harus paham Amri itu apa sih? Amri yang memerintah, yang memerintah itu Jasad apa ilmu?

QS 53:3-4, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

Muhammad tidak pernah menyuruh/melarang apabila tidak dari AlQuran, kalau kita bikin organisasi apapun, organisasi ini itu pasti akan membuat AD/ART, semua anggota harus mengikuti AD/ART, katanya la ilaha illAllah, tapi ada AD/ART, lihat QS 2:79: Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.

Membuat AD/ART? Untuk mengatur hidup pendukungnya bagaimana dengan Qanun Asasi, apakah itu bukan kitab? apakah bukan pembikin dari ahlul kitab? Ayat ?? Kalimat sama... Kembalikan kepada Al Quran menurut Sunnah Rasul... Jika mereka berpaling. Hai orang ahli kitab yg membikin kitab-kitab sebagai aturan manusia, kembalikan kepada Al Quran menurut Sunnah Rasul ...

Aturan dirumah, dikantor, sekolah, aturan leasing motor, di jalan semua membuat aturan-aturan, semua aturan dibikin manusia. Ini semua kembali pada kehidupan semula sebelum Muhammad. Janganlah kalian membikin bandingan-bandingan dengan aturan Allah, musyrik itu mentigakan Allah atau kita mendua tigakan pandangan terhadap ilmu Allah? Justru terhadap ilmu Allah , kalian jangan musyrik.

Barang siapa yg negatif terhadap toghut maka berimanlah kepada Allah, istilah iman itu apa?

Iman itu kalau di pesantren dibawa oleh prof Hamka. Iman = percaya, di universitas oleh muh abduh ,  Hasbi assidiq. iiman = percaya, level dunia = iman =percaya

Iman yang merebak sampai ke penjuru dunia adalah percaya, sedangkan kata Iman dari Rasul SAW adalah:
al imaanu ‘aqdun bil qolbi/tambatan Al Quran ke hati,
iqrorun billisan/ucapan quran,
amaalun bil arkan, pekerjaannya/ipoleksosbud dengan Alquran

Iman adalah pandangan dan sikap hidup dengan AlQuran.

Merubah istilah kata, Qiamat, qiama yaqumu, qiaman=berdiri. QS 2:30 Khalifah, dua pilihan yg berbeda , ikhtilaf, kholifun yg beda, QS 6:1 ilmu dzulumat wan nur makhluk alternatif,  ciptakan manusia dimuka bumi ini. Kami akan jadikan manusia yg nur atau dzulumat. QS Al Balad/90:10, Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, nur dan dzulumat, ada 2 dlm kehidupan, silahkan menjadi makhluk alternatif satu diantara 2 ini, nabi Adam pertama kali mengambil alternatif nur, maka berdiamlah di bumi ini dengan system penataan jannah, kemudian adam melaksanakan kehidupan dzulumat .. maka keluar dari penataan jannah...akhirnya adam tobat, robbana dzolamna.. sekarang buah simalakama.. akhirnya tobat, buah kholdi-kholdun-khalada-yahludu-khaldun-khooliduun...Buah dzulumat...

Bersambung kepada materi kedua..PISU (Pengantar Iman Secara Umum) 

...........................................

14 Bab Materi Pengantar Study Alquran, materi trsbt menjadikan kita TERTIB ILMU DAN TERTIB BERFIKIR.

Sekilas kesimpulan per BAB isi materi:

BAB 1, LBBI (Latar Belakang Bangsa Indonesia)
Pesan yg ingin disampaikan adalah bahwa Indonesia merupakan Delta Budaya (bertemunya segala sampah budaya dlm 1 wadah pemikiran kita, mulai dari Animisme, Dinamisme, Hinduisme, Budhaisme, Islamisme, Kristenisme) sehingga sadar ataupun tdk Delta Budaya tersebut ter mindset kpda qalbu kita dari sejak kita lahir yg kemudian tercampur aduk ke dlm islamisme yg ada sekarang. Maka INNA ILA RABBIKA RUJ’A.

BAB 2, PISU (Pengantar Iman Secara Umum)
Merubah mindset yg sdh mengakar kuat dlm otak kita, istilah KATA IMAN, Allah, Kafir, Khalifah, Kadzaba, dll..

BAB 3, SEJARAH IMAN
Perulangan sejarah sunnah Adam – Muhammad hingga ke kita sekarang tdk ada perubahan sedikitpun

BAB 4, PPMI (Pokok Pokok Mencapai Iman)
Jk sdh sadar bahwa kita didlm posisi salah hidup (sudut D), maka ada teknik nya agar menjadi benar hidup (sudut B2).

BAB 5, ALQURAN SATU SUBYEK
Alquran menjadi subyek, kita sebagai obyeknya. Bukan Alquran diperalat dijadikan obyek menuruti kemauan kita.

BAB 6, ALQURAN SATU BAHASA
Merubah mindset bahwa Alquran bukan bahasa arab, arab bukan kyai kita, dan Indonesia/kita bukan santri nya orang” arab, menghilangkan ARAB SENTRIS.

BAB 7, ALQURAN SATU ILMU, TEORI ILMU…DST HINGGA BAB TERAKHIR TEORI SHALAT.
Sumber ilmu aduk”an (mindset Negara, Tauhid, Tasawuf, dst) berasal dari buah pemikiran Plato, aristoteles..dst..hingga pembahasan tentang hal” ghaib/makhluk tanbenda (ruh,djin, malaikat, ilmu)….


KESALAHAN BERFIKIR YANG SANGAT FATAL
Patron/uswah kehidupan bukanlah arab, bukan adam, bukan ibrahim, bukan musa, bukan daud, bukan isa dan bukan ahmad bin abdullah, mereka adalah hanya sebatas jasad pelaksana saja sama halnya seperti kita sekarang (QS Al Kahfi/18:110, "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "……."), patron/uswah kehidupan adalah KITAB yg sejak awal sudah tersimpan dan terpelihara di Lauh Mahfud, yg isi kesimpulan kitab tersebut adalah sama dan tidak ada perubahan dari awal hingga akhir (QS Al Israa/17 : 77,……)


MATERI-MATERI UNTUK COMPARATIVE STUDY just click:

AKAL DAN IMAN

QS 10:100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.


Kenyataannya memang demikianlah keadaan iman manusia pada umumnya: tanpa landasan pengetahuan obyektif! Padahal Rasulullah menegaskan bahwa orang yang lebih berpengetahuan justru lebih potensial untuk memiliki iman yang mantap. Dalam suatu Hadits, misalnya, dikatakan bahwa ada enam golongan manusia masuk neraka karena enam sebab; di antaranya adalah orang-orang dusun, yang masuk neraka karena kebodohan mereka. Mereka menjadi (tetap) bodoh tentu karena malas menuntut ilmu (Periksa Surat Az-Zumar ayat 9)

Bahkan (dalam Surat Ali Imran ayat 7) Allah menegaskan bahwa pernyataan “Kami beriman (terhadap Al-Qurãn)” hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang berilmu tinggi. Surat Al-Isrã’ ayat 36, juga menegaskan bahwa ilmu harus didahulukan dari sikap ikut-ikutan (percaya sebelum tahu). Ayat ini bahkan bertentangan dengan pernyataan Quraish Shihab dalam tulisannya tersebut bahwa “akal dapat mengetahui fenomena, dapat pula menciptakan pengetahuan, tetapi tidak mampu menciptakan iman.” Bila pernyataan Quraish Shihab ini benar, tentu kita tidak perlu memiliki akal untuk beriman. Tapi itu mustahil sekali. Karena, bukankah bila tanpa akal manusia sama dengan hewan?

Memang aneh, mengapa begitu banyak orang yang mengesampingkan peran akal ketika berbicara tentang iman? Padahal Al-Qurãn sendiri menyebutkan akal dengan berbagai bentuk mor-fologinya paling sedikit dalam 23 Surat. Mengapa kita seperti ingin menceraikan akal dengan iman, sedangkan sang Pencipta sendiri menjadikan keduanya berpasangan?

Anda khawatir kebebasan akal akan merusak iman, dan mengancam keberadaan agama? Kekhawatiran itu hanya boleh ditujukan kepada agama yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Akal yang bebas, bila yang dicarinya memang kebenaran, pasti dapat menerima kebenaran agama yang benar. Akal yang bebas tidak bisa ikut-ikutan untuk percaya asal percaya. Sebab kata Ibrahim al-Laqani dalam Nazham Jauharah at-Tauhid, “Orang yang bertauhid hanya ikut-ikutan, imannya tidak akan bebas dari keguncangan.” (Idz kullu man qallada fii tawhidi imanuhu lam yakhlu min tardid).

Al-Qurãn, sumber iman yang hakiki, adalah sebuah kitab yang berasal dari Pencipta manusia, yang paling tahu kemampuan akal manusia, sehingga ia adalah Kitab yang dapat dipahami oleh akal manusia. Karena Allah tidak membebani manusia dengan beban yang tidak bisa dipikulnya (Al-Baqarah ayat 286). Karena Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia (Ar-Rum ayat 30). Tidak ada yang tidak masuk akal atau tidak bisa dipahami akal dalam agama ini, dalam kitab sucinya (An-Nisa’ ayat 82). Kalau selama ini kita berpandangan sebaliknya, mungkin karena kita tidak mengkajinya sesuai petunjuk-Nya, tapi mengikuti selera masing-masing (Al-Jatsiyaah ayat 23).

Dengan doktrin yang mengatakan bahwa agama adalah urusan hati, dan bukan urusan akal, kita dipaksa untuk percaya saja pada pernyataan yang paling ganjil pun. Kita diharuskan membiarkan akal meronta seperti cacing kepanasan sampai ia mati. Padahal konon agama diturunkan untuk petunjuk, bukan untuk jadi teka-teki yang cuma bisa dijawab oleh Allah sendiri.

Karena akalnya tidak mendapat jawaban dari agama, ada sebagian orang menuduh agama sebagai candu atau penjara bagi akal manusia. Salahkah mereka? Barangkali di antara mereka ada beberapa gelintir orang yang jujur, ingin mendapatkan kebenaran, tapi para ahli agama menutupi kebenaran itu dengan mengatakan bahwa agama bukan urusan akal, bahwa kita harus percaya saja tanpa harus memahami. Al-Islam mahjubun bil muslimin, kata Muhammad Abduh. Kebenaran Islam digelapkan oleh orang Islam sendiri.
.......................................



1 Telasonika 5:21 : Hendaklah segala perkara kamu uji dan yang baik kamu pegang.

Untuk tahu benar tidaknya maka gunakan akal untuk menganalisanya, apabila sesudah dianalisa dengan akal kebenaran itu tertolakkan maka bisa jadi dia bukan kebenaran sejati.

Akal diberikan oleh Allah untuk berpikir membedakan mana yang salah dan mana yang benar.Tanpa akal, manusia tidak lebih dari sekedar hewan yang tidak pernah memikirkan benar salah tindakannya bahkan mungkin jauh lebih sesat daripada itu.

Dalam hidup ini kita semua punya parameter yang pasti untuk dapat menentukan benar atau salah dari suatu keadaan, parameter tersebut tidak lain dari akal, dengan akal kita dapat mengenal berbagai macam bentuk ekosistem yang ada, dengan akal misalnya kita bisa membedakan antara si A dengan si B, dengan akal pula kita bisa membedakan antara Hewan dengan manusia …

Menisbikan peranan akal pikiran untuk menggapai keimanan sama sekali tidak layak kita terapkan, sebab hal ini akan menyamakan kedudukan kita dengan para penyembah berhala yang tidak pernah mau tahu tentang benar salahnya keimanan mereka, yang jelas mereka harus menerima dan yakin.

Kebenaran adalah sesuatu yang bernilai absolut, mutlak. Namun seringkali kebenaran ini menjadi relatif, bergantung kepada bagaimana cara masing-masing orang memberikan arti dan penilaian terhadap kebenaran itu sendiri, sehingga itu pula kebenaran sudah menjadi sesuatu yang bersifat subjektif.

Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul kedunia untuk memberikan petunjuk kepada
manusia agar memilih jalan kebenaran, dan petunjuk Allah itu hanya bisa diterima oleh orang-orang yang mau untuk berpikir tentang hakikat kebenaran sejati. Dan berpikir yang benar didalam penerimaan tersebut adalah berpikir yang tidak hanya merenung atau asal-asalan, namun berusaha untuk mengerti, mempelajari, menyelidiki, memahami serta mengamalkan.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (Qs. al-Israa’ 17:36)

Begitu pula dengan hal keimanan kepada Allah, mesti diraih dengan keseimbangan, yaitu antara akal (rasio logika + ilmu pengetahuan) dan hati.

Bahwa untuk menjalankan ketentuan suatu agama terkadang harus dimulai dengan kata iman memang sering menjadi sesuatu hal yang tidak dapat terbantahkan.

Jika iman diartikan percaya, maka percaya juga bisa lewat akal atau persangkaan. Misalnya apabila kita hendak melewati sebuah jembatan dari besi, tentu kita akan enteng saja melewatinya, karena persangkaan kita jembatan tersebut sudah kuat. Tetapi bila yang dilewati adalah jembatan dari kayu dan tali, paling tidak kita akan mengecek kekuatan jembatan tersebut terlebih dahulu (menginjak-injak dari pinggir terlebih dahulu dsb )

Dalam beragama pun demikian, terdapat orang- orang yang mencapai iman dengan akal, dan ada yang dengan persangkaan. Misalnya yang dengan persangkaan adalah seorang islam yang tidak mampu menjawab pertanyaan ” Mengapa anda memilih Islam ?”, “Darimana anda tahu bahwa Islam itu benar ?”, ” jika dahulunya orang tua anda bukan Islam kira-kira apakah anda masih Islam ?”, atau bisa juga “mengapa anda harus menjadi Kristen ?”, “Darimana anda yakin bahwa Kristen itu benar ?”

Jadi bagi saya, Iman terhadap sesuatu itu tetap harus dibuktikan dulu apakah memang pengimanan tersebut sudah benar atau belum. Dan jalan untuk membuktikan kebenaran akan keimanan ini salah satunya dengan mengadakan penelaahan terhadap iman itu sendiri dengan mengadakan penyeimbangan dengan akal pikiran sebagai suatu anugerah dari Allah bagi manusia.

Kenapa saya menolak Trinitas dan apakah saya terpengaruh oleh doktrin ketuhanan didalam Islam atau Yahudi ?

Itu sudah jelas bahwa konsep ketuhanan trinitas tidak bisa saya terima dengan akal saya dan keterbatasan saya sebagai manusia. Saya hanya membodohi diri saja bila terus memaksakan diri untuk menerimanya secara bulat tanpa bisa dan boleh mengkritiknya.

Saya adalah seorang muslim, orang yang berserah diri pada Allah, Tuhan yang Maha Esa, tidak bisa disetarakan dengan apa dan siapapun, Tuhan yang bisa saya cerna dengan akal saya, karena itu saya bangga menjadi muslim dan akan tetapi mati sebagai seorang muslim :

“Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al-An’am [6] :162)

Saya tidak akan pernah
menyembah makhluk
manapun sebagai tuhan
saya, tidak juga yesus yang
orang Cristiani pertuhankan itu.
Sebab sudah tegas konsep Tauhid sejati :
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu (Kitab Keluaran pasal 20 ayat 3 s/d 5)

Ulangan 6:4. New Jerusalem
Bible (NJB)Hukum yang
terutama ialah: Dengarlah
hai orang Israel, Tuhan
Allah kita, Tuhan itu esa
(Atau Markus pasal 12 ayat 29)

“Dan sungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk
menyerukan):‘Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut’.” (An Nahl: 36)

Tuhan secara filsafat adalah tuhan dalam bentuk yang terlalu bervariasi sebagaimana bisa dibaca melalui pendapat para filosof yang ada (sebut saja nama socrates, plato, aristoteles, descartes atau juga kant dan bandingkan semua konsepsi filsafat mereka tentang tuhan). Saya lebih memilih ranah akal atau rasio untuk memahami Tuhan dan menemukan eksistensi kebenaran Dia.

Ini juga yang pernah ditempuh oleh ilmuwan besar dunia Isaac Newton (1642-1727) yang juga terkenal dengan karyanya yang mengkritik ajaran Trinitas dengan judul “An Historical Account of Two Notable Corruption of Scripture” artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Sebuah catatan sejarah tentang dua penyelewengan pokok terhadap kitab suci”.

Bagi mereka yang mampu, biarlah mereka mengambil kebaikan dari kontroversi tersebut. Untuk saya sendiri, saya tidak bisa mengambil apa-apa darinya. Jika dikatakan bahwa kita tidak boleh menentukan maksud dari kitab suci dan apa yang tidak bisa ditentukan oleh penilaian-penilaian kita, maka saya mengatakan bahwa bukanlah tempatnya dipertentangkan. Tetapi pada bidang-bidang yang dipertentangkan, saya menyukai untuk mengambil apa yang paling saya mengerti. Adalah sikap keras dan sisi takhayul dari manusia dalam masalah-masalah agama menjadi bukti misteri-misteri tersebut.