Selasa, 29 April 2014

UNDZUR MA QIILA WA LA TANDZUR MAN QOOLA

Lihatlah apa yang di katakan dan jangan melihat siapa yg mengatakan
-Ali bin Abi Tholib-

Dalam hal nasehat menasehati kita haruslah terbuka. Mau menerima masukan dari siapapun itu jika kita mau menjadi lebih baik.

Dalam perspektif komunikasi, ungkapan "lihatlah yang dikatakan dan jangan lihat yang mengatakan" mengajak kita untuk fokus pada topik atau substansi pembicaraan (maa qiila), bukan pada komunikator atau yang sedang berbicara (man qoola).

Namun demikian, masih dalam perspektif komunikasi, komunikasi efektif itu salah satunya bergantung pada integritas dan kredibilitas man qoola atau sang pembicara.

Seringkali pendengar "mengabaikan" isi pembicaraan, jika sang pembicara adalah orang yang dikenal berakhlak buruk, perangainya tidak menyenangkan, suka maksiat, atau "belum melaksanakan yang dikatakannya".

Namun pada kenyataannya “Man Qoola”, atau siapa yang berkata sangatlah mempengaruhi diterimanya kata-kata yang diucapkannya kepada kita. Orang yang sering berbohong tidak akan langsung diterima kata-katanya. Perlu di croscheck kebenarannya. Beda lagi dengan orang yang dikenal jujur. Kata-katanya berbobot. Kata-katanya pasti didengar oleh si pendengar.

Selain orang yang dikenal jujur, orang yang dianggap spesial juga memberikan nilai tersendiri dalam hal diterimanya perkataannya. Akan berbeda feelnya ketika sekedar ucapan “Selamat Pagi“, atau “Bagaimana kabarnya?” diucapkan oleh orang biasa-biasa saja dengan orang yang menurut kita spesial.

Contoh kecil, ketika kita mendapatkan sms spesial dari ibu, sms berisi ucapan ulang tahun. Kata-kata itu tidak sekedar susunan huruf-huruf. Terbayang oleh kita wajah ibu yang mengucapkan kata-kata itu dengan penuh kasih sayang sambil mengelus-elus kepala kita waktu kecil. Pantaslah jika kemudian airmata mengalir pada saat membaca sms ucapan ultah dari ibu trsbt.

Pernahkah Anda menganggap spesial seseorang selain ibu Anda? Entah orang itu tahu atau tidak bahwa dia Anda anggap spesial bagi Anda? Saya yakin Anda pernah. Karena saya juga pernah. Kemudian suatu ketika dia ngobrol dengan Anda dan ada suatu kalimat yang keluar dari si dia. Kalimat itu bisa jadi sederhana, biasa-biasa saja tapi ternyata sangat mengena dan terngiang-ngiang pada kepala Anda dan mempengaruhi hidup Anda.

Orang yang berkata ternyata sangat berpengaruh pada kita dalam menerima kata-katanya. Selain tentunya banyak faktor lain, seperti timing, sikon, nada bicara, dll. Namun yang jelas Subyek sangat berpengaruh, terutama jika si subyek itu merupakan orang yang dianggap spesial.

Kita percaya penuh dengan kata-kata yang ada dalam AlQur’an karena kita meyakini bahwa AlQur’an bersumber dari Allah dan dijaga keasliannya.

So, hati-hati kalau bersikap dan berbicara dengan seseorang. Pikir ulang ketika membalas sms, ketika menulis status atau di wall seseorang, ketika ngeTweet, ketika guyonan. Siapa tahu, Anda dianggap spesial oleh orang tersebut. Sikap dan kata-kata Anda sangat berpengaruh, bisa jadi sikap dan kata-kata Anda berdampak negatif, seperti membuat minder/pesimis dan tidak produktif. Namun bisa pula kata-kata Anda memberikan semangat tersendiri.
……………………………..

Serupa dengan ucapan orang: “Kenalilah manusia dengan cara menilainya dengan kebenaran, dan jangan mengenali kebenaran dengan cara menilainya dengan manusia!”

Jika engkau mengetahui kebenaran maka engkau akan mengetahui siapa yang berada di atasnya. Jadi hendaknya seseorang berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui kebenaran, agar dia bisa membedakan antara ahlul haq dan ahlul bathil. Adapun jika engkau mengatakan: “Kenalilah kebenaran dengan cara menilainya dengan manusia!” Maka sesungguhnya ini merupakan jalan kesesatan. Karena ucapan ini maknanya apa yang dikatakan oleh si fulan maka itulah kebenaran, sedangkan yang tidak dia katakan dan justru menyelisihinya maka itulah kebathilan. Maka ini merupakan kesesatan.

Jadi mungkin saja orang yang mengatakan ucapan di atas maksudnya adalah ini (kenalilah manusia dengan cara menilainya dengan kebenaran, dan jangan mengenali kebenaran dengan cara menilainya dengan manusia), jika ini yang dia maksudkan maka tidak masalah.

Hanya saja, orang yang mengatakan ini termasuk orang yang membela kebathilan. Jadi dia ingin agar para tokoh kebathilan tidak disebut dengan ucapan yang sesuai dengan hakekat mereka dan agar mereka tidak ditahdzir. Maka kelakuan dia ini menyelisihi Al-Qur’an dalam mencela orang-orang kafir, orang-orang munafik, dan orang-orang fasik, serta memberikan vonis kepada mereka dengan yang sepantasnya mereka terima.

Ada perkataan lain: “Ambillah faedah, namun jangan menjadikannya sandaran!”

Maksudnya: ambillah faedah dari seseorang, namun jangan bersandar kepadanya dalam segala hal! Ambillah yang benar dan ambillah kebaikan, jika orang tersebut memang ahlinya. Hanya saja jangan taklid kepadanya! Karena semua orang bisa diambil ucapannya dan bisa juga ditolak, kecuali ucapan AlQuran.

QS 17: 28. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas…
QS 4:148. Allah tidak menyukai ucapan buruk…
QS 22: 24. Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik…
QS 19: 62. Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam jannah, kecuali ucapan salam…

QS 76: 9. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar