Rabu, 30 April 2014

SHALAT, MEDIA UNTUK MENDAPATKAN TEORI ILMU IPOLEKSOSBUD



Allah memerintahkan kita untuk menyerap/aqdun TEORI DAN PRAKTEK HIDUP melalui RATIL (study AlQuran) dan SHALAT TAHAJUD dan sebagai penjagaannya agar selalu ingat terhadap teori hidup tersebut kita melakukan shalat 5 waktu dan shalat” lainnya dalam sehari.

Ayat-ayat yang menunjukan adanya shalat Tahajud:
  1. QS Al Muzzammil/73:1-6 dan 20,
  2. QS Al Israa/17:77-82,
  3. QS Al Baqarah/2:97,
  4. QS Al Qadr/97,
  5. QS As Sajdah/32 : 16 – 17,
  6. QS Az Zumar/39 : 9,
  7. QS Al Insaan/76 : 26,
  8. QS Qaaf/50 : 40,
  9. QS Ath Thuur/52 : 48,
  10. QS Al Furqaan/25 : 64,
  11. QS Ali 'Imran/3 : 113,
  12. QS Adz Dzariyaat/51 : 15 – 18. 

Melakukan shalat 5 waktu tanpa di awali dengan RATIL DAN SHALAT TAHAJUD (ayat yang berhubungan dengan Shalat Tahajjud bentuk kalimatnya adalah fi’il amr/kalimat perintah, setiap perintah adalah harus dilaksanakan) adalah hal perilaku yang tidak sesuai dengan runutan/tertib ILMU (tiap malam atau minimal senin malam dan kamis malam, didukung oleh shaum senin dan kamis pada siang hari nya sebagai simbolisasi menahan diri (puasa) terhadap hidangan dzulumat, system ekonomi riba). Kaji kembali runutan perjalanan sunnah  rasul SAW selama 23 tahun (13 tahun teori/hanya rattil dan shalat tahajud, 10 tahun praktek. Penanaman aqidah tercatat hanya beberapa ibadah penting yang sudah diturunkan sejak di Mekah (Rattil dan Shalat Tahajud). Bahkan shalat 5 waktu yang wajib menurut islamisme normatif pun baru diturunkan perintahnya pada sekitar satu tahun menjelang hijrah, artinya setelah 12 tahun penanaman aqidah. Bisa dikatakan bahwa hikmah ibadah yang diturunkan di fase Mekah untuk melatih membawa beban (perintah mempraktekan System Ekonomi Zakat). Karena kelak di Madinah, beban akan dipikulkan hingga yang terberat sekalipun. Mereka yang pernah berlatih dan terlatih, akan terasa ringan dengan beban berikutnya dengan tingkat resiko yang lebih tinggi. Ibadah di fase ini juga merupakan aktifitas spiritual mendekat/menyerap kepada Allah dgn Ilmu Nya, Alquran)

Ashshalatu ‘imaduddin. Ashshalatu mi’rajul mu’minin. Inna shalaata kanat ‘alal mu’miniina kitaaban mauqutan. Aqimu shalah wa atuz  zakah, innash shalata tanha ‘anil fahsya’i wal munkar.. Shalat adalah pondasi utama sebuah system kehidupan, yang juga adalah alat untuk mencapai kehidupan mukmin. Shalat adalah untuk pengkitaban AlQuran ke dalam qalbu mukmin (QS 2:97), shalat menghasilkan system kehidupan IPOLEKSOSBUD yang bersih dari percampuran kehidupan blok barat dan blok timur yang naturalis dan feodalis produk system syaithon yang secara otomatis bisa mencegah perilaku keji dan munkar.

Sholat merupakan representasi jalur hubungan bilateral penyerapan TEORI ILMU yang didapatkan manusia dengan pencipta TEORI ILMU tersebut, yaitu Allah melalui perangkatnya dimensi malaikat, sedangkan system zakat merupakan hasil PRAKTEK ILMU, jalan hubungan antar sesama manusia dengan alam agar berbudaya IPOLEKSOSBUD yang sesuai dengan TEORI ILMU yang telah diberikan melalui perantaraan dimensi malaikat. (QS Al Israa/17:77-82, QS Al Qadr/97, QS Al Baqarah/2:97)

Shalat adalah Ibu, media utama segala pendidikan, segala bentuk pengabdian, karena dari shalatlah kita mendapatkan konsep dasar teori hidup, yang kemudian dipraktekkan sebagai perilaku perbuatan berbudaya. Cara pengabdian diri yang paling lengkap untuk para pelaksananya, merasakan system managemen kehidupan, dan agar para pelaksananya dapat melahirkan tehnik kerja yang benar sesuai dengan Alquran, masa pembaharuan iman yang adalah pandangan dan sikap hidup serta ikrar ijab qabul kepada Allah dengan ILMU NYA ALQURAN. Karena itu apabila seseorang tidak mengerjakan atau meninggalkan shalat, maka mereka di anggap sebagai berikut:
  1. Dia telah melakukan kesombongan yang paling besar, karena merasa bisa menghasilkan teori hidup tanpa melalui shalat, sehingga mereka tidak sadar telah menghasilkan teori syaithon dari pemikiran” selera nya yang menghasilkan praktek system blok barat dan blok timur, naturalis dan feodalis yang berkuasa sampai saat ini.
  2. Dia seolah-olah tidak mengakui bahwa Allah melalui ILMU NYA ALQURAN mSR itu adalah pembimbing hidupnya.
  3. Orang yang meninggalkan shalat, adalah orang yang telah terputus hubungannya dengan Allah sebagai pembimbing TEORI ILMU hidup, yang secara otomatis telah terputus pula PRAKTEK HIDUP nya dari konsep yang Allah ridlo’i.
  4. Orang yang tidak bersedia ber- ikrar ijab qabul kepada Allah dengan ILMU NYA ALQURAN atau memperbaharui ikrar agar hidup matinya untuk Allah dengan melalui ILMU NYA.
  5. Orang yang tidak bercita-cita beriman (berpandangan dan bersikap hidup) dan memperbaiki jiwa/hati/qalbunya.
  6. Orang yang tidak berharap lagi kepada Allah melalui ILMU NYA.
  7. Orang yang tidak shalat, berarti ia telah menentang perintah Allah dengan ILMU NYA. Orang yang menentang perintah Allah, berarti dia telah menjadi negative terhadap Allah dengan Ilmu nya Alquran mSS (kafir).

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Sahabat Jabir R.A sebagai berikut: INNA BAIYNARRAJULI WABAYNASY SYIRKI WAL KUFRI TARKASHSHALATI. Artinya: “Sesungguhnya pembeda antara seorang Muslim dengan kesyirikan (dualisme) dan kekufuran (negative terhadap Ilmu Allah) adalah meninggalkan shalat.” (H.R Muslim No. 987, Abu Daud No. 1658, An-Nasa’i No. 1/231 dan lain-lain)

Siapa yang meninggalkan shalat, maka seluruh amalannya tertolak atau tidak di terima, karena seluruh laku perbuatannya, teori dan praktek hidupnya, dipastikan berasal dari pemikiran selera hawa nafsu nya belaka (QS Al Alaq/96:15-16).Sungguh rugilah orang-orang yang meninggalkan shalat. Sebagaimana Sabda Rasul SAW: ASHSHALATU ‘IMADUDDIN, FA MAN AQAMAHA FAQAD AQAMADDIN, WAMAN TARAKAHA FAQAD HADA MADDIN. Artinya: Shalat itu ialah pondasi utama system kehidupan, maka barang siapa yang mendirikannya maka sungguh ia telah menegakkan system hidup, dan barang siapa yang meninggalkannya sungguh mereka telah meruntuhkan system hidup.” (H.R Bukhari dari Umar R.A).Lihat fenomena system kehidupan yang ada sekarang ini…!

Allah telah memperingatkan terhadap orang-orang yang meninggalkan shalat.Demikian pula Rasul SAW telah menjelaskan. Firman Allah, artinya: "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?", Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. (QS Al-Muddatstsir 74 : 42-43). Apa yang membuat kamu terjebak dalam system kehidupan neraka? System kehidupan blok barat blok timur, naturalis dan feodalis?

Nabi SAW bersabda: MAN HAFAZHA ALAIHA KANAT LAHU NURAN WA BURHANA, WANAJATAN YAUMAL QIAMAT, WAMAN LAM YUHAFIZH ‘ALAIHA LAM YAKUN LAHU NURAN WALA BURHANUN WALA NAJATUN WAKANA YAUMAL QIAMATI MA’AQARUN, WAFIR’AUN, WAHAMAN WA UBAYYABNA KHALAFI. Artinya: “Barang siapa memelihara shalatnya, menjadilah shalat itu baginya cahaya keterangan, dan sebab memperoleh kelepasan di hari kiamat, barang siapa tiada memelihara shalatnya, tak ada baginya yang demikian itu, bahkan adalah ia di hari kiamat beserta Qarun, Fir’aun, Haman, Ubai bin Khalaf. (para pelaksana system kehidupan individualis, system blok barat blok timur, naturalis dan idealis)” (H.R dari Ibnu Umar R.A sanad yang baik Ath-Thabarany).

Meninggalkan shalat berarti menjatuhkan diri dari system kehidupan jannah kedalam system kehidupan naar (naturalis dan feodalis), merusak hak sesama Muslim. Karena itu, sangat lah besar maksiatnya, sebab meninggalkan shalat itu, mengingat di dalam shalat kita harus membaca Tasyahhud: ASSALAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAHI WABARAKATU, ASSALAMU ‘ALAIYNA WA ‘ALA ‘IBADILLAHISH SHALIHIN, ASY-HADUANLA ILA HA-ILLALLAH, WA ASY-HADU-ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WARASULUHU. Kiranya Islam satu penataan ini sudi mengantar kami ke dlm satu kehidupan saling mensejahterakan, juga atas abdi-abdi kehidupan ajaran Allah yg berbuat tepat menurut sunnah RasulNya. Untuk itu saya menyatakan diri menjadi pendukung kehidupan manusia yang menurut patron kehidupan ajaran Nya.

System kehidupan IPOLEKSOSBUD di umpamakan rangka-rangka rumah yang saling mendukung menguatkan bangunan rumah tersebut, jadi jika tiang pondasi tidak ada tentulah tidak dapat berdiri dan bermanfaat bagi bangunan rumah tersebut, karena pasti akan robohnya. Lantaran demikian, di terimanya pengabdian-pengabdian diri dan lainnya bergantung kepada di terimanya shalat.

Sesungguhnya Rasul SAW telah menjadikan shalat itu sebagai pembatas final antara kekufuran (negative terhadap Alquran) dengan keimanan (pandangan dan sikap hidup dengan Alquran).  Dan antara orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir. Dan yang dinamakan pembatas itu secara otomatis membedakan antara yang di batasi serta mengeluarkan dari yang lainnya. Maka dua hal yang dibatasi itu pasti berbeda dan tidak akan bercampur antara satu dengan yang lainnya.

Tentang sholat, Allah dengan ILMU NYA berfirman, “Wa aqimish shalat. Innash shalata tanha ‘anil fahsya’ wal munkar (Dan tegakkanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar)" - QS Al-Ankabut: 45. Ternyata, hikmah diperintahkannya sholat adalah untuk mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar, yang dengan kata lain berarti membangun akhlaq hati qalbu kita.

Tentang puasa (shaum), Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang selama berpuasa tidak mampu menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang buruk serta keji, maka Allah sama sekali tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Al-Bukhari). Beginilah hakikat puasa, yang tidak lain adalah menahan nafsu, selera keinginan pribadi kita, dalam rangka untuk menyucikan konsep hidup kita dari selera nafsu keinginan pribadi kita dan membangun akhlaq qalbu kita.

Tentang zakat, Allah dengan ILMU NYA berfirman, “Ambillah dari harta benda mereka bagian shadaqah/infaqnya untuk membersihkan harta benda mereka dan untuk menyucikan jiwa mereka.” (QS At-Taubah: 103). Inilah ternyata hikmah dari zakat, yaitu untuk membersihkan harta kita dari system syaithon, naturalis idealis, membersihkan jiwa qalbu kita dari sifat kikir individualis menjadi sifat kemanfaatan kepada sesama ummat. Bahkan tentang infaq dan sedekah secara umum, Allah berfirman, "Yang menafkahkan hartanya (meng anggar belanjakan pada program kerja system Allah) untuk membersihkan dirinya.” (QS Al-Lail: 18). Jelas sekali dalam ayat ini ditegaskan bahwa berinfaq adalah untuk membersihkan diri, menyucikan jiwa dari system perikehidupan diluar system Allah.


Kemudian tentang haji, Allah berfirman, "Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu (yakni bulan-bulan haji) akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berkata keji dan jorok, bersystem naturalis feodalis, blok barat blok timur), berbuat fasik dan berbantah-bantahan (diplomasi iblis, ber argumentasi pembenaran ingin bersystem blok barat dan blok timur) di dalam masa mengerjakan haji.” (QS Al-Baqarah: 197). Ternyata ibadah hajipun didesain untuk bisa melatih kita mengendalikan selera keinginan individual hawa nafsu kita, dalam rangka untuk menyucikan jiwa kita dan membangun akhlaq kita kepada system jannah, system ekonomi zakat.


Shalat khusyu’ (fokus) ialah kesatuan bacaan, pendengaran dan tanggapan.

Dalam Al Qur’an Surat Al Mukminuun (QS : 23 ; 1-2)
“ Amat sangat berbahagia, sukses orang yang beriman yang khusyu (fokus) dalam sholatnya “. Dengan kata lain siapa pun yang merindukan kebahagian yang hakiki.

Kesuksesan sejati, kemenangan dalam hidup ini selayaknya kita memperhatikan kualitas sholat.

Pertama, pada waktu shalat kita akan bisa berkomunikasi dengan Allah melalui perangkatnya dimensi malaikat, sehingga berbuah memahami makna ayat” alquran, ketentraman serta mempersatukan banyak qalbu” yang menjalani nya dalam satu wadah korps berjamaah. Dan dirikan shalat sebagai media menyerap ILMU TEORI DAN PRAKTEK HIDUP yang sesuai dengan mau nya Allah.
Kedua, shalat yang khusyu’ (fokus) akan tampak pada perilaku kesehariannya. Berbekas dalam kepribadian, etos kerja maupun prestasi kesehariannya.Jadi tidak mungkin kekhusyu’an shalat hanya dinikmati pada waktu shalat saja.

Ada 7 hikmah dari sholat yang khusyu’:

1)  Manajemen Waktu (Disiplin waktu)
Allah memerintahkan kita untuk mendapatkan TEORI DAN PRAKTEK HIDUP melalui RATIL/study dan SHALAT tahajud (QS Al Muzzammil/73:1-6, QS Al Israa/17:77-82)  dan sebagai penjagaannya agar selalu ingat terhadap teori hidup tersebut kita melakukan shalat 5 waktu dalam sehari. Tidak ada satu pun system kehidupan yang begitu intensif mengingatkan waktu selain Islam. Bahkan Allah bersumpah berkali-kali atas nama waktu, Wal ‘ashr, wal lail, wan nahar dan sebagainya. Karena manusia memang dibatasi waktu.Dan nilai manusia tergantung dari pada bagaimana dia menyikapi waktu.Kita pasti mati dan kita tidak tahu kapan mati.Dalam Al Mukminuun (QS : 23; 3) pun Allah berfirman : “ Dan orang-orang yang menjaga diri (dari perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna “.

2)  Manajemen niat.
Ternyata rahasia shalat dari niat.Rasul SAW bersabda ‘Innamal ‘amalu binniat‘.Setiap amal tergantung dari niat. Manajemen waktu akan punya nilai bagi dunia akhirat. Kalau niatnya benar, Allah memerintahkan : “ Dan tidak kami perintahkan kecuali mengabdi hidup kepada Allah melalui ILMU NYA, ALQURAN secara ikhlas “. Surat Al Bayyinah (QS : 98 ; 5).

3)  Manajemen Sense of Clean
Ternyata tidak ada satupun yang berani melakukan shalat tanpa diawali wudlu atau tayamum.Proses bersih dari gambaran symbol konsep perilaku perbuatan hidup diluar Alquran dari awal merupakan kunci sukses shalat yang khusyu’.Berarti orang yang sangat mencintai bersih lahir batin itu adalah rahasia penting kesuksesan dunia akhirat. Niat lurus dalam aktivitas sehari-hari harus dijaga kebersihan terhadap system blok barat blok timur naturalis feodalis, pikiran dari licik, jahat, kotor, mesum.“Amat sangat bahagia dan beruntung orang yang membersihkan dirinya dan orang yang mensucikan diri kepada system ekonomi zakat dan rugilah yang mengotorinya dengan system ekonomi riba“. Surat As Syams (QS : 91 ; 9-10).

4)  Manajemen Tertib (Rukun Shalat Tertib)
Rupanya Allah menjadikan hidup tertib teratur dengan proporsional adalah bagian kunci sukses.Shalat itu dilakukan dengan tertib. Barang siapa yang hidupnya tidak teratur, tidak teratur makan – sakit maag, tidak teratur tidur kesehatan terganggu, tidak teratur gosok gigi – gigi akan rusak, tidak teratur makan obat – tubuh akan teracuni. Perkataan yang tidak teratur akan menimbulkan masalah, manajemen keuangan yang tidak teratur akan jadi bangkrut.

5)  Tuma’ninah
Tuma’ninah ini artinya tenang.Ini yang sangat dahsyat dalam sebuah prestasi. Kita sering melakukan sesuatu tapi pada saat tubuh kita melakukan sesuatu pikiran kita tidak di sana, hati kita tidak di sana akibatnya prestasi apa yang bisa dicapai tanpa kehadiran konsentrasi. Shalat yang baik itu hadir gerakannya disempurnakan di sana hatinya hadir qalbu dan pikiran tertuju konsentrasi pada ayat” yang kita lafadz kan. Sebuah kombinasi penyerapan keilmuan yang sangat indah.

6)  Siap dalam segala situasi
Berdiri, ruku, sujud.Ketika berdiri otak lebih tinggi dari hati/qalbu.Bagaimana saatnya mengolah akal kita ? Saat sedang ruku keseimbangan antara qolbu dengan selera otak/nasiyah kita (QS Al Alaq/96:15-16).Begitupun ketika sujud, otak harus tunduk kepada qalbu kita.Tidak takkabur si otak dengan kecerdasannya.Tawadlu dengan qalbu.Keseimbangan antara hati/qalbu, ada saatnya otak benar-benar kita peras sedemikian rupa, sebagian kerja kita dan fisik kita ikut.Cobalah kita lihat bagaimana hidup ini ada saatnya di atas, di tengah, di bawah, berulang.Kita nikmati sebagai bagian episode hidup kita.

7)  Salam
Shalat ditutup dengan salam. Salam itu selain merupakan doa tapi juga merupakan jaminan bahwa “ Inna sholata tanha ‘anil fahsya’i wal munkar “ Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar ”. Dengan salam kita memberikan jaminan pada orang-orang sekitar kita. Bahwa kita berharap Semoga Islam satu penataan menjadi satu-satunya system kehidupan kita, yaitu kurnia Allah dgn Ilmu Nya, Alquran ini, yakni system kehidupan saling hidup adil makmur demikian tangguh, keselamatan dan kita bukan biang kezaliman bagi siapapun dan kita tidak akan merugikan siapapun.
Mudah-mudah dengan hikmat shalat seperti ini maka Allah melalui ILMU NYA ALQURAN menghimpun kesuksesan duniawi, harta, kedudukan, persahabatan yang merupakan bagian dari rasa aman yang Allah berikan kepada makhluqnya.

2 komentar:

  1. (Berbagi) Menyembah dan Mengabdi
    (Shalat, Puasa, Haji)
    Agama-agama primitif mengajarkan bahwa mengakui kehadiran (eksistensi) Tuhan dilakukan dengan cara menyembahNya. Anehnya, walau Islam tidak sama dengan agama-agama lain, sejak kecil kita sudah akrab dengan istilah “sembahyang”. Kalau tak salah, istilah ini bahkan digunakan oleh tokoh-tokoh (ulama) sekaliber A. Hasan (Persis) dan Hamka (Muhammadiyah).
    Menyembah dengan mengabdi jelas sangat jauh berbeda. Dan istilah “ibadah” jelas tak sepadan dengan menyembah. Anda dikatakan menyembah seorang raja ketika berlutut dan mencium lantai di hadapannya. Bila anda hanya tamu, anda bisa pergi melenggang setelah itu. Tapi anda dikatakan mengadi raja bila anda bekerja sebagai pelayan, tukang sapu, tukang pijat, juru masak, dan lain-lain, termasuk jadi prajurit, dari raja yang bersangkutan.
    Lalu, bisakah shalat diartikan menyembah Allah? Bila yang dilihat hanya sebatas upacara mulai dari berdiri, rukuk, dan sujud, maka bolehkah shalat disebut menyembah. Tapi upacara kasat mata itu saja sebenarnya tidak bisa juga dikatakan menyembah Allah, karena Allah tidak terlihat ada di sebelah mana. Tindakan itu hanya pantas disebut menyembah tembok atau benda-benda lain di sekeliling pelaku, atau menyembah batu hitam (hajar aswad) yang ada di Makkah sana!
    Shalat baru bisa dikatakan menyembah Allah bila diperhatikan bacaan-bacaannya, karena di situ jelas banyak disebut nama Allah.
    Tapi sekali lagi, itu pun keliru.
    Shalat bukan untuk menyembah Allah, tapi sebagai simbol dan simulasi untuk melakukan pengabdian (ibadah) terhadap Allah. Karena itu, setiap gerakan dan bacaan adalah simbolis dan simulatif (bersifat seolah-olah), menandakan bahwa pelakunya berjanji untuk patuh pada perintah Allah, selepas melakukan shalat. Karena itulah ada ayat yang menegaskan agar setelah shalat ditunaikan, maka bertebaranlah (beraktifitaslah) di muka bumi. Secara apa? Apakah secara bebas? Tidak!
    Allah menghendaki agar kita mengabdi dengan Al-Qurãn sebagai hudan (konsep)nya. Karena itu, Allah perintahkan kepada rasulNya, “Utlu ma uhiya ilaika minal-kitab wa aqimish-shalata
    …” Bacakan (ajarkan) – secara bertahap – Al-Kitab (Al-Qurãn) yang diwahyukan kepadamu, selanjutnya tegakkan shalat…"
    Ayat ini (Al-Ankabut 45), secara tak langsung mengisyaratkan saling hubungan antara ‘membaca’ Al-Qurãn dengan melaksanakan shalat. Satu sisi, secara sederhana, Shalat tidak bisa dilakukan sebelum mempelajari Al-Qurãn.
    Sisi lain, ibadah dalam Islam juga harus dilakukan berdasar Al-Qurãn. Dalam hal ini, kita kemudian mengerti bahwa shalat, selain sebagai ibadah ritual yang berfungsi sebagai simbol, juga punya fungsi teknis-praktis sebagai sarana untuk memasukkan Al-Qurãn ke dalam kesadaran, agar ia menjadi penggerak bagi terlaksananya segala aktifitas ibadah (hidup) yang konkret.
    Dengan kata lain, shalat ritual adalah alat untuk memasukkan (internalisasi) Al-Qurãn ke dalam diri (jiwa), sehingga ia bisa berperan sumpama ruh yang mampu menggerakkan badan. Dengan demikian, kita bisa petakan bahwa shalat ritual mempunya 3 fungsi, yaitu:
    Simbol pengabdian (ibadah), Simulasi pengabdian, danSarana internalisasi nilai-nilai Al-Qurãn (yang dibaca dalam shalat) ke dalam diri.
    Dengan kata lain, fungsi shalat yang hakiki adalah sebagai sarana Quranisi diri; yaitu sebagai upaya ‘pencelupan’ ( ﺻﺒﻐﺔ ) atau ‘pewarnaan’ diri (jiwa) dengan Al-Qurãn, yang dilakukan seumur hidup.
    Demikian juga shaum (puasa), selain sebagai simbol kepatuhan, juga merupakan sarana untuk melatih diri supaya menjadi manusia yang sabar (tangguh), secara fisik dan mental, dalam menjalankan perintah Allah.
    Dan haji, jelas merupakan simbol kesatuan, persatuan, dan kekompakan umat tingkat dunia; seperti halnya shalat jama’ah berfungsi demikian dalam tingkat lokal.

    BalasHapus
  2. Sholat ialah senandung harapan,mau berkehidupan menurut apa yg di ucapkan dan di janjikan saat sholat.
    yaitu kehidupan saling selamat menyelamatkan.

    Sholat juga satu teknik dari hamblum minallah wa hablum minannas.
    untuk mencapai tujuan.

    BalasHapus