NASEHAT GURU TENTANG BERDEBAT
Hari itu Guru menasehati para muridnya, "Janganlah kalian berdebat dengan orang pandai dan jangan berdebat dengan orang bodoh."
"Mengapa demikian Guru?" Tanya seorang murid.
"Berdebat
dengan orang pandai hanya akan memalukan diri kalian sendiri dan
berdebat dengan orang bodoh membuat kalian ditertawakan orang lain."
"Lantas apa yang harus kami lakukan Guru?"
"Sampaikanlah
nasehat kebenaran dengan cara yang santun baik kepada orang pintar yang
mungkin salah jalan juga kepada orang bodoh yang tidak tahu jalan.
Sampaikanlah
nasehat dengan cinta dan bukan dengan caci maki dan hujatan sebagaimana
orang-orang jahil biasa melakukannya, dan sampaikanlah nasehat dengan
jujur, bukan dengan berdusta (taqiyyah) sebab itu hanya dilakukan orang
munafik.
Lalu bila engkau sudah menasehatkan itu,
kembalikanlah urusan kepada Allah sebab yang bisa mengubah hati
seseorang itu hanya hidayahNya, bukan lisanmu, juga bukan teladan
perbuatanmu. Cukup-cukupkanlah dirimu dalam urusan dunya dan
sesak-sesakkanlah bekalmu menuju akhiratmu sendiri."
~ IH
KOREKSI DIRI SENDIRI SEBELUM MENGKOREKSI ORANG LAIN
Hasibu
anfusakum qobla an tuhasabu. “Hisablah (evaluasilah) diri kalian
sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari
aradh akbar (Yaumul Hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan
pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di
dunia.”(Umar Bin Kaththab ra.)
Hasibu anfusakum qobla an
tuhasabu, koreksi diri sendiri sebelum kamu mengoreksi orang lain di
dalam Agama Islam bila kita melihat sesuatu dilihat dari banyaknya
manfaat (kebaikan) atau mudhorot (kejelekan) sesuatu atau banyaknya
perbuatan yang baik dan yang buruk yang dilakukan seseorang. Kalau
dilihat lebih banyak manfaatnya maka perbuatan orang itu baik tapi kalau
banyak mudhorotnya maka orang itu tidak baik.
Makanya
mari kita bercermin. Lihat diri kita sudah baik atau belum. Lihat diri
kita apa yang telah kita perbuat untuk orang lain. Lihat diri kita
apakah kita sudah bermanfaat atau belum bagi orang lain, karena
sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang
lain.
Didalam sebuah hadist Rosululloh bersabda:” Hasibu
anfusakum qobla an tuhasabu, Koreksilah diri sendiri sebelum mengkoreksi
orang lain” Hadis ini mengajarkan kepada kita lebih baik banyak-banyak
mengoreksi diri sendiri daripada banyak-banyak mengoreksi orang lain.
“Semut diseberang lautan kelihatan tetapi gajah dipelupuk mata tidak
kelihatan” kata Pendekar Satria Bergitar, H. Rhoma Irama. Artinya kalau
melihat kesalahan orang lain sangat mudah tetapi kalau melihat kesalahan
diri tidak kelihatan sama sekali.
Mengkritik orang lain
boleh saja, tapi harus dilakukan dengan cara yang baik. Firman Alloh
dalam Al-Qur’an (16) : 125 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dari ayat ini dan hadis diatas ada beberapa cara untuk mengoreksi orang lain:
- Dengan hikmah
- Dengan pelajaran yang baik
- Bantah dengan cara yang baik
- Mengkoreki diri sendiri terlebih dulu, hasibu anfusakum qobla an tuhasabu, jgn sembarang menuduh seseorang itu salah atau sesat.
- Jangan mengkritik/mengoreksi sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya.
Masturbasi ILMU
Masturbasi
ILMU adalah membiarkan ILMU terus bersemayam di dlm selaput otak
sebagai khayalan belaka tanpa melakukan praktek nyata (persetubuhan).
Dengan memahami dan meyakini suatu ILMU tanpa praktek nyata adalah
sesuatu yang dibenci ALLAH. Hanya menyanjung” pribadi rasul SAW adalah
hal percuma jika tanpa mempraktekkan apa” yg sdh dipraktekkan rasul SAW
dulu.
“Kaburo maktan indallahi antaquluu maalaa taf
‘aluun”, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS As-Shaf : 3)
"Kaburo
Maktan" = Orang yang merasa paling pintar dan paling benar kalau sudah
ngomong agama. Tapi pada kenyataannya sehari-hari, pada praktek, dan
kenyataannya ia kurang memiliki gairah dan semangat untuk beribadah.
Maka jangan heran kalau teman-teman menyaksikan pribadi yang seperti
itu. Kalau kata pepatah kepribadian seperti itu seperti, "Tong kosong
nyaring bunyinya." atau, "Air beriak tanda tak dalam” atau lebih kasar
lagi MASTURBASI ILMU
Kalo bahasa gaulnya 'OmDo' = Omong
Doang. Manusia saja benci dengan orang yang begitu apalagi Allah..jangan
sampai masuk ke golongan yang seperti itu..
Betul ..
BalasHapusbisa buat pelajaran buat kita..
BalasHapusInsya allah akan berhati-hati lah kedepan nya..
"Mengapa ada Orang Hebat "ya karena kita mendukungnya""...Wahai yg telah mengaku Islam "Aqimu Sholla Wa Atuzzakata"...tapi kenyataan nya sehabis sholat masih mendukung Ekonomi Kapitalis ..(menyuburkan/mendukung per-bank-kan...akad sebagai pengakuan Ikrar janji dgn "Lailla ha Illallah" tiada pembibing hidup apapun kecuali Ajaran Allah(Alquran msr)..Justru Akad/Ikrar (saling mengikat janji) KPR di BTN (Akad Kredit)..yg jelas mencelakai saudaranya sendiri dilintas ekonomi Fiat/harta yg memberikan keuntungan Seluruh Bank (baik swasta maupun Convensional) kmudian disetor ke Bi dan Bi akan setor ke IMF sebagai pembayaran Bunga sampai Kiamat...pertanyaan yg paling mendasar "bila sudah Tau kenapa kita tak mendukung "Zakat sb Perekonomian Agung" dimana Masjid sbg pusat pemerintahan dan "Baittul Mall" sbg Lembaga Ekonomi Pemersatu..yg pasti akan menyalur balik ke Umah....
BalasHapus