Rabu, 23 April 2014

TAHAJUD SEJAK KECIL

Abu Yazid Al Busthomy yang masih kecil ketika menghafal surah Al Muzammil ayat pertama yang berbunyi :” Hai orang yang berselimut, bangunlah engkau pada malam hari kecuali sedikit.” Dia bertanya kepada ayahnya :” Wahai ayah siapakah orang yang diperintah Allah dalam ayat ini? ” Sang ayah menjawab :” Wahai anakku, orang itu adalah nabi SAW.” Sang anak bertanya lagi :” Wahai ayah kenapa ayah tidak melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Nabi SAW? ” Ayahnya menjawab :” Wahai anakku, sesungguhnya Allah mengkhususkan kewajiban qiyamullail hanya untuk nabi-Nya tapi tidak untuk ummatnya.”  Sang anakpun diam (sambil membathin...ALQURAN SEKARANG PENSIUN DONG AYAH, kalau hanya untuk nabi..!!).

Ketika hafalannya telah mencapai ayat 20 :” Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwa kamu berdiri kurang dari dua per tiga malam atau setengahnya atau sepertiganya. Dan ada sekelompok orang yang menyertaimu (juga melakukan qiyamul lail). Sang anak bertanya lagi :” Wahai ayah aku mendengar bahwa ada sekelompok orang yang ikut melakukan shalat malam. Siapakah sekelompok orang itu. ?” Ayahnya menjawab :” Mereka adalah para sahabat rodhiyallohu anhum.” Si anak bertanya lagi :” Lalu kenapa ayah meninggalkan apa yang dilakukan oleh para sahabat? ” Sang ayah terdiam malu lalu berkata :” Engkau benar wahai anakku, insya Allah aku tak akan meninggalkannya mulai besok.”

Keesokkan malamnya sang ayah bangun lalu shalat tahajjud. Suatu malam sang anak bangun dan dia melihat ayah nya sedang tahajjud. Setelah ayahnya salam sang anak barkata :” Wahai ayah ajari aku wudhu aku ingin shalat spt yang engkau lakukan bersamamu.” Ayahnya berkata :” Tidurlah engkau anakku karena engkau masih kecil.” Anaknya berkata :” Wahai ayah bila hari kiamat tiba dan manusia keluar secara berbondong-bondong, aku akan berkata kepada Allah : Ya Allah aku pernah minta diajari wudhu dan shalat kepada ayahku tapi ayahku menyuruhku untuk tidur karena aku masih kecil. Bagaimana menurut ayah? ” Sang ayah termangu, hatinya bergetar mendengar perkataan anaknya. Ada butiran bening yang menyeruak ke ujung matanya, lalu dengan mata berkaca-kaca dan suara yang tersendat dia berkata kepada anaknya :” Tidak, jangan kau lakukan hal itu nak, ayah akan mengajarimu sekarang juga.” Lalu diapun mengajari anaknya berwudhu lalu mereka shlalat malam bersama-sama. (Anbaau Nujabai al Abnaa hal 199)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar