Selasa, 29 April 2014

NAFKAH MATERI DAN NON MATERI, SITI KHADIJAH dan RASUL SAW



Mengkisahkan awal mula pertemuan Khadijah dan Rasulullah dalam urusan bisnis. Saat itu Rasulullah belum diutus sebagai seorang nabi dan Rasul.
Khadijah adalah wanita yang hidup dan besar di lingkungan Suku Quraisy dan lahir dari keluarga terhormat pada lima belas tahun sebelum Tahun Gajah, sehingga banyak pemuda Quraisy yang ingin mempersuntingnya.

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah pernah dua kali menikah. Suami pertama Khadijah adalah Abu Halah at-Tamimi, yang wafat dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Pernikahan kedua Khadijah adalah dengan Atiq bin Aidz bin Makhzum, yang juga wafat dengan meninggalkan harta dan perniagaan. Dengan demikian, Khadijah menjadi orang terkaya di kalangan suku Quraisy.
Suatu hari, sang ratu bisnis mendengar kabar tentang pemuda yang sangat terpercaya di kalangan Arab, dialah Rasulullah Muhammad. Tertarik menjadikan pemuda itu karyawannya, Khadijah pun memanggilnya.

“Saya memanggil Anda berdasarkan apa yang kudengar dari orang-orang tentang perkataan Anda yang jujur, integritas Anda yang terpercaya, dan akhlak Anda yang mulia. Saya memilih Anda untuk menangani urusan-urusan perdagangan dan akan saya bayar Anda dua kali lipat dari apa yang biasa kuberikan kepada selain Anda," ujar Khadijah kepada Rasulullah. Nabiyullah Muhammad pun menerima tawaran Khadijah tersebut dengan senang hati.

Khadijah pun mengirim Rasulullah sebagai pemimpin kafilah dagang ke negeri Syam. Seorang budak kepercayaan Khadijah bernama Maysarah pun ikut serta dalam kafilah tersebut. Dalam perjalanan tersebut, seorang rahib Yahudi yang dikenal memiliki wawasan agama yang luas, Nestora bertanya pada Maysarah, siapa gerangan pemimpin kafilah dagang yang ia ikut serta didalamnya.

Maysarah pun mengabarkan tentang reputasi Rasulullah yang dikenal jujur dan cerdas. Nestora kemudian mengatakan bahwa orang tersebut merupakan bakal nabi yang diutus Allah.

Segala pengalaman Maysarah dalam mengikuti kafilah dagang Rasulullah pun dikabarkan kepada Khadijah. Maysarah bahkan mengatakan melihat dua malaikat membawa awan diatas kepala nabi untuk melindunginya dari terik matahari. Khadijah pun mulai terpesona dengan pribadi Rasulullah. Apalagi setelah mengetahui hasil perdagangan sang Al-Amin.

Bisnis Khadijah di negeri Syam semakin besar, laba yang dihasilkan meningkat tajam. Keputusan Khadijah memilih Muhammad sebagai tangan kanan bisnisnya menjadi keputusan tepat. Ia pun terus bermitra dengan Rasulullah dalam menjalankan bisnis tersebut. …………………….

Khadijah sangat ikhlas dengan segala sesuatu yang dilakukan suaminya dan tidak khawatir selama ditinggal suaminya. Bahkan dia menjenguk serta menyiapkan makanan dan minuman selama beliau I’tikaf di dalam gua, karena dia yakin bahwa apa pun yang dilakukan suaminya merupakan masalah penting yang akan mengubah dunia. Ketika itu, Nabi Muhammad berusia empat puluh tahun.

Khadijah meyakini seruan suaminya dan menganut agama yang dibawanya sebelum diumumkan kepada masyarakat. Itulah langkah awal Khadijah dalam menyertai suaminya berjihad di jalan Allah dan turut menanggung pahit getirnya gangguan dalam menyebarkan agama Allah.

Khadijah tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan kelembutan. Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang Quraisy selalu didengarkan oleh Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian dia memotivasi dan rnenguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam. Bersama Rasulullah, Khadijah turut menanggung kesulitan dan kesedihan, sehingga tidak jarang dia harus mengendapkan perasaan agar tidak terekspresikan pada muka dan mengganggu perasaan suaminya. Yang keluar adalah tutur kata yang lemah lembut sebagai penyejuk dan penawar hati.

Orang yang paling keras menyakiti Rasulullah adalah paman beliau sendiri, Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Lahab, beserta istrinya, Ummu Jamil. Mereka memerintah anak-anaknya untuk memutuskan pertunangan dengan kedua putri Rasulullah, Ruqayah dan Ummu Kultsum. Walaupun begitu, Allah telah menyediakan pengganti yang lebih mulia, yaitu Utsman bin Affan bagi Ruqayah.

Khadijah adalah tempat berlindung bagi Rasulullah. Dari Khadijah, beliau memperoleh keteduhan hati dan keceriaan wajah istrinya yang senantiasa menambah semangat dan kesabaran untuk terus berjuang menyebarluaskan agama Allah ke seluruh penjuru. Khadijah pun tidak memperhitungkan harta bendanya yang habis digunakan dalam perjuangan ini. Sementara itu, Abu Thalib, paman Rasulullah, menjadi benteng pertahanan beliau dan menjaga beliau dari siksaan orang-orang Quraisy, sebab Abu Thalib adalah figur yang sangat disegani dan diperhitungkan oleh kaum Quraisy.

Suatu ketika Rasul melihat Khadijah sedang duduk termenung, beliau merasa sedih dan berdosa, sedih karena sang Istri sedang tidak gembira, merasa berdosa, karena harta Khadijah telah habis untuk membiayai dakwah beliau. Lalu Rasul, mengajak Khadijah untuk berjalan-jalan, dengan niat, agar Khadijah terhibur dan melupakan kesedihannya. Sambil berjalan-jalan itu, Rasul bersenandung “~~~ khasirun nas,~~ bahilul maal~~” yang artinya kebanyakan manusia, pelit akan harta. Lalu, tiba-tiba Rasul menunjuk ke pasir, seraya berkata “coba liat Khadijah, benda apakah itu?” benda itupun lalu diambil Khadijah, ternyata emas, sebesar butiran pasir, sebanyak tiga buah.

Perjalananpun terus dilanjutkan, Rasul masih bersenandung seperti diatas, lalu kembali Rasul menyuruh Khadijah mengambil benda aneh yang terlihat di pasir di perjalanan itu, ternyata emas dan besarnya sebesar buah kemiri sebanyak tiga buah.

Demikian seterusnya, perjalanan dilanjutkan, Rasul masih tetap bersenandung, agar sang istri tercinta terhibur, penemuanpun kembali terjadi, kini benda yang ditemukan, bukan sebesar buah kemiri, tetapi sebesar buah kelapa dan jumlahnya tetap tiga buah.

Khadijahpun curiga, ada apa ini, apa maksud Rasul dengan semua ini, semua ini tentu tidak kebetulan saja? Lalu Rasulpun cerita kenapa dia mengajak Khadijah jalan-jalan, cerita apa yang dia kuatirkan pada Khadijah, maka Khadijahpun menangis terharu…..
Pertanyaannya, apa yang dapat kita petik dari cerita diatas? Ternyata harta yang kita habiskan di jalan Allah sesunguhnya harta kita yang tersimpan dengan aman, tidak akan hilang, bahkan ketika kita ingin agar dia dikembalikan lagi, maka Allah akan mengembalikannya di dunia dengan tidak berkurang satu senpun. Tetapi, jika kita tidak menginginkan untuk dikembalikan di dunia, maka Allah akan mengembalikannya kelak di Akhirat dengan nilai yang berlipat, yang kelipatannya, tidak diketahui manusia, karena hitungannya terserah Allah dan Allah tidak pernah mengingkari janjNya….(cerita ini, merupakan cerita yang mashur di dunia pesantren)
………………………..
Setelah berbagai upaya gagal dilakukan untuk menghentikan dakwah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, baik itu berupa rayuan, intimidasi, dan penyiksaan, kaum Quraisy memutuskan untuk memboikot dan mengepung kaum muslimin dan menulis deklarasi yang kemudian digantung di pintu Ka’bah agar orang-orang Quraisy memboikot kaum muslimin, termasuk Rasulullah, istrinya, dan juga pamannya. Mereka terisolasi di pinggiran kota Mekah dan diboikot oleh kaum Quraisy dalam bentuk embargo atas transportasi, komunikasi, dan keperluan sehari-hari lainnya.

Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah dan istrinya dapat bertahan, walaupun kondisi fisiknya sudah tua dan lemah. Ketika itu kehidupan Khadijah sangat jauh dan kehidupan sebelumnya yang bergelimang dengan kekayaan, kemakmuran, dan ketinggian derajat. Khadijah rela didera rasa haus dan lapar dalam mendampingi Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan kaum muslimin. Dia sangat yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Keluarga mereka yang lain, sekali-kali dan secara sembunyi-sembunyi, mengirimkan makanan dan minuman untuk mempertahankan hidup. Pemboikotan itu berlangsung selama tiga tahun, tetapi tidak sedikit pun menggoyahkan akidah mereka, bahkan yang mereka rasakan adalah bertambah kokohnya keimanan dalam hati.

Dengan demikian, usaha kaum Quraisy telah gagal, sehingga mereka mengakhiri pemboikotan dan membiarkan kaum muslimin kembali ke Mekah. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pun kembali menyeru nama Allah Yang Mulia dan melanjutkan jihad beliau.

Beberapa hari setelah pemboikotan, Abu Thalib jatuh sakit, dan semua orang meyakini bahwa sakit kali mi merupakan akhir dan hidupnva. Dalam keadaan seperti itu, Abu Sufjan dan Abu Jahal membujuk Abu Thalib untuk menasehati Muhammad agar menghentikan dakwahnya, dan sebagai gantinya adalah harta dan pangkat. Akan tetapi, Abu Thalib tidak bersedia, dan dia mengetahui bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam tidak akan bersedia menukar dakwahnya dengan pangkat dan harta sepenuh dunia.

Abu Thalib meninggal pada tahun itu pula, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Sebaliknya, orang-orang Quraisy sangat gembira atas kematian Abu Thalib itu, karena mereka akan lebih leluasa mengintimidasi Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan pengikutnya. Pada saat kritis menjelang kematian pamannya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam membisikkan sesuatu, Secepat ini aku kehilangan engkau?

Pada tahun yang sama, Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan karena pemboikotan itu. Semakin hari, kondisi badannya semakin menurun, sehingga Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam semakin sedih. Bersama Khadijahlah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia enam puluh lima tahun, Khadijah meninggal, menyusul Abu Thalib. Khadijah dikuburkan di dataran tinggi Mekah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. sendiri yang mengurus jenazah istrinya, dan kalimat terakhir yang beliau ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid.”

Khadijah meninggal setelah mendapatkan kemuliaan yang tidak pernah dimiliki oleh wanita lain, Dia adalah Ummul Mukminin istri Rasulullah yang pertama, wanita pertama yang mernpercayai risalah Rasulullah, dan wanita pertama yang melahirkan putra-putri Rasulullah. Dia merelakan harta benda yang dimilikinya untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Dialah orang pertama yang mendapat kabar gembira bahwa dirinya adalah ahli surga. Kenangan terhadap Khadijah senantiasa lekat dalam hati Rasulullah sampai beliau wafat. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Khadijah binti Khuwailid dan semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.

Jika melihat kepada runutan kisah diatas, Khadijah secara penuh menafkahi keluarga dengan MATERI (NAFAQA/INFAQ UTK PERJUANGAN ISLAM) dan Nabi SAW menafkahi keluarga dengan NON MATERI (AJARAN ALLAH, ALQURAN)
QS 18:110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,…
QS 41: 6. Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,..

Qs 9:24. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar