Selasa, 29 April 2014

KESALAHAN BERFIKIR YANG SANGAT FATAL

Yaitu sejak awal sudah mempersepsikan/menganggap Allah seperti makhluk/dzat. tafakkaruu fi khalqillah wa laa tafakkaruu fi dzatillah fatahlaka, “Silahkan berpikir tentang ciptaan Allah yaitu ALQURAN (adalah proses penciptaan alam semesta yang semua nya termaktub di dalam Lauh Mahfuz, blue print, skenario ILMU Allah yaitu  ALQURAN), namun jangan berpikir tentang Dzat-Nya ALLAH karena kamu akan celaka/sesat). Jadi apabila didalam Alquran ada kata Allah atau Rabb maka terjemahkanlah kata Allah dgn ILMU nya Alquran.

Perumpamakanlah Allah dalam alam semesta ini seperti halnya seorang komisaris/direktur (Allah) dalam satu perusahaan (alam semesta), kita sebagai karyawan (hamba Allah) jangan/tidak pernah peduli dengan bentuk tubuh dan wajah direktur kita (Allah), sebagai karyawan (hamba Allah) seharusnya hanya taat mengikuti segala peraturan perusahaan (Alquran) yang sudah dibuat oleh Direktur (Allah) kita. Kita bekerja sesuai aturan maka sang direktur (Allah) pun akan secara otomatis menghargai etos kerja kita dari catatan kerja yg sdh dicatat oleh manager” (malaikat). (Surat Ar Rad/13 ayat 11)).

Jika sebaliknya keseharian kita hanya dipenuhi dengan memuji” bentuk wajah direktur kita tetapi tanpa melaksanakan pekerjaan yang sudah diberikan pertanggungjawabannya kepada kita, maka direktur kita akan marah, beliau tdk butuh pujian, yang beliau inginkan adalah langkah nyata dengan diiringi laporan” kerja serta masukan ILMU (shalat) melalui manager” (malaikat) kita (QS Al Israa/17:77-82). HR. Ahmad, “Al-imanu tashdiiqun bil qalbi, wa ikrarun bil lisan, wa a'malun bil arkan" (Iman adalah membenarkan dengan hati dan menyatakan dengan lisan dan melaksanakan dalam bentuk perbuatan). Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardh hanifammusliman wa maa anaa minal musyrikiina (Surat Al An’am ayat 79), “Aku sepandangkan pandangan hidupku (wajahku) menurut yang telah mencipta semesta angkasa dan bumi ini, setulus hati menjadi hidup dengan islam satu-satunya penataan tiada banding, sehingga saya tidak mau menjadi golongan orang yang hidup dualisme/musyrik". Dalam satu perusahaan tidak boleh ada dualisme aturan, maka pemilik perusahaan akan marah dan kita sebagai karyawan akan di azab/pecat. Bagaimana jika kita mendualisme aturan Allah yaitu AlQuran dengan keinginan hawa nafsu insting dan naluri kehewanan kita? Inna shalaati wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamin. Laa syariika lahu wa bidzaalika umirtu wa anaa awwalul muslimiina. "Sesungguhnya shalatku (sebagai satu pembinaan imanku) ini, dan lain pembinaan, yaitu seluruh hidupku dan matiku kelak adalah menjadi hidup menurut ajaran Allah menurut sunnah rasul, yakni Pembina hidup semesta Alam, tiada sesuatu pemahaman ilmu lainnya pun yang menyekutui-Nya. Dengan demikianlah aku bisa diperintahkan yakni saya menjadi golongan orang yang hidup islam sebagai satu-satunya penataan tiada tanding".

Contoh kasus apabila ayat” ataupun hadist diterjemahkan sbg Allah secara Dzat, Allah sebagai PRIBADI/INDIVIDU, maka akan ada pertentangan, berbeda apabila Allah diterjemahkan sbg ALLAH DGN PENURUNAN/PEMBUKTIAN ILMU-NYA ALQURAN:
  • Kalimat La haula wa la quwwata illa billah. (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah semata-mata). Dalam normatif pemahaman kita sehari”, Allah adalah dalang, bagaimana Allah lah hidup kita ini, kita cukup berserah diri saja, pasrah diri saja. Bertentangan dengan Surat Ar Ra’du/13 ayat 11, Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri... dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain DIA DENGAN ILMU-NYA ALQURAN).. Silahkan ganti terjemahan kata Allah/billah dengan ILMU-NYA ALQURAN.
  • Dalam Surat An Nisaa'/4 ayat 164, "Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung" (Dia Allah dgn ILMU NYA (yg dihantarkan Jibril) mengajarkan/kallama kepada Musa dgn sebenar"nya pengajaran/takliima). Serta ayat" Dialog Nabi Adam dan Nabi Ibrahim. Seakan bertentangan dengan Surat As Syuura/42 ayat 51, “Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan DIA kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.
  • Apa arti bersaksi pada kalimat syahadat? Kalau bersaksi berarti melihat dan menyaksikan? apakah Allah dapat disaksikan? Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Saya bersaksi/menyatakan diri bahwa tiada ILMU selain ILMU-NYA Allah yaitu alquran dan saya bersaksi bahwa orang” yang terpuji adalah yang menyampaikan risalah Alah yaitu Alquran.
  • Nabi Isa diangkat ke langit berikut jasadnya? Nabi Khidir tidak meninggal sampai sekarang? Bertentangan dengan Surat Al Faathir/35 ayat 11, "Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. 
  • Surat An Nisaa'/4 ayat 59,"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Farudduhu ilallah ditujukan bukan kepada Allah sbg Dzat, tetapi kembalikanlah semua urusan kpda ILMU nya ALLAH, ALQURAN. Surat Al Baqarah ayat 156, “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".  Hubungkan juga dengan Surat Al Alaq/96 ayat 8, Inna illa rabbika ruj’aa. Raji’un, ruj’a sama dengan kata bahasa indonesia RUJUKAN (kembali). “Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada ILMU ALLAH ALQURAN jualah kita kembali sebagai rujukan”. Orang mati, ILMU yang dibawa nya lah yang mati, bukan jasadnya yg mati, mati jasad adalah proses biologis alam, semua mahluk hidup akan mengalami, bukan musibah, yg menjadi musibah adalah ILMU yg dibawa si jasad mati. Kembalikan rujukan ILMU nya hanya kepada AlQuran, karena siapa tahu ILMU yang dibawa si jasad mati tersebut adalah ILMU aduk"an antara AlQuran dan SELERA/HAWA NAFSU (Insting dan Naluri) atau dualisme/musyrik.
Dalam segala hal membahas tentang KEISLAMAN, maknailah kepada sifat dan karakter ILMU yang dibawanya. Jangan pernah memaknai sesuatu (entah itu Allah ataupun Rasul/Nabi/Imam/Pemimpin) sebagai sosok/figur/dzat/individu.

Surat AlBaqarah ayat 134, 141, "Itulah dia, satu ummat yang telah berlalu. Baginya adalah apa menurut dia mengusahakan hidupnya dan bagi kalian adalah apa menurut mana kalian membangun satu kehidupan. Dan kalian dengan aduk"an NUR Dzulumat msSy, tidak mempunyai tanggung jawab apapun perihal apa menurut mana mereka membangun satu kehidupan bernilai agung....(Depag: Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan). Suri tauladan secara individu terputus, yang ada adalah suri tauladan secara ILMU yaitu AlQuran. Surat Al Ahzab/33 ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah..RASULULLAH = yang menyampaikan risalah/ajaran Allah yaitu Alquran. Pelaku penyampai risalah ILMU ALLAH disebut Rasulullah, zaman dulu adalah Rasul ADAM dgn Al Asma nya, Rasul IBRAHIM dgn Suhuf Ula nya, Rasul DAUD/Zabur, Rasul MUSA/Taurat, Rasul ISA/Injil, Rasul AHMAD BIN ABDULLAH (julukan Muhammad/yg terpuji adlh karena melaksanakan AlQuran) dan Rasul KEBANGKITAN KEDUA (QURUN KEDUA, kita semua adalah penyampai risalah Allah yaitu AlQuran), yang di pemahaman normatif islam pada umumnya dengan sebutan AlMahdi, Isa turun dari langit, Satrio Piningit, Ratu Adil. Rasul KEBANGKITAN KEDUA/QURUN KEDUA/ALMAHDI/RATU ADIL adalah system tatanan kehidupan budaya yang berdasarkan ILMU ALLAH yaitu ALQURAN yang diciptakan secara bersama"/berjamaah/korps. Sudah adakah...? Sudahkah kita ada didalam tatanan AlMahdi trsbt...?

Patron/uswah kehidupan bukanlah arab, bukan adam, bukan ibrahim, bukan musa, bukan daud, bukan isa dan bukan ahmad bin abdullah, mereka adalah hanya sebatas jasad pelaksana saja sama halnya seperti kita sekarang (QS Al Kahfi/18:110, "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "....." QS Fushshilat/41:6, "Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,), patron/uswah kehidupan adalah kitab yg sejak awal sudah tersimpan dan terpelihara di Lauh Mahfud, yg isi kesimpulan kitab tersebut adalah sama dan tidak ada perubahan dari awal hingga akhir (QS Al Israa/17 : 77, "(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu". QS Al Fath/48:23, "Sebagai suatu sunnatullah  yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu"...(SUNNATULLAH = sunnah/perjalanan pembentukan peradaban manusia menurut ILMU ALLAH), hanya beda nama dan pelaku saja. Peradaban manusia bisa besar dikarenakan belajar pada 1 ILMU YG SAMA (AL-ASMA/ADAM, SUHUF ULA/IBRAHIM, ZABUR/DAUD, TAURAT/MUSA, INJIL/ISA, AL-QURAN/AHMAD), mereka dan kita tanpa ILMU tersebut adalah sama seperti halnya binatang-binatang yang ada (anjing, babi, monyet, dll). Ahmad bin Abdullah adalah bukan siapa-siapa jika tidak ada ILMU (AL-QURAN), begitu pun ISA, MUSA dan kita semua...Itu terbukti apabila bayi-bayi manusia jika dibuang ke hutan ataupun ke tempat yang tidak ada ILMU, mereka hanya mempergunakan SELERA/HAWA NAFSU (INSTING DAN NALURI) sama sprti yg dilakukan binatang". Jadi kepada sahabat" semua, jgn pernah sekali" kultus individu, kultus lah terhadap ILMU yg telah dipraktekan oleh individu tersebut. Contoh manusia yang tidak mendapatkan ILMU, http://unikdiary.blogspot.com/2012/02/manusia-tarzan-memang-ada.html

SELERA/HAWA NAFSU (INSTING DAN NALURI) terdiri dari 3 hal (QS An Nur ayat 45):
  • DUA KAKI, adalah hawa nafsu yang hanya berjalan/memikirkan kepada kebutuhan sex semata (maaf, diantara dua kaki/selangkangan). . Individu (maaf sebut nama) yang mencampur adukan antara selera/hawa nafsu dengan “ILMU” ini adalah kisah ummat nabi Luth, saya dan Anda (walaupun hanya sekedar terbersit dalam selaput otak) Ahmad Fathanah (PKS) dengan 40 wanita cantiknya, Satria Bergitar Rhoma Irama, Aa Gym beserta Ustadz" lainnya, para Manhaj Salaf bercadar, wahabi, dll..dst
  • PERUT, adalah hawa nafsu yang hanya berjalan/memikirkan kepada kebutuhan perut saja, makan enak, kemewahan dan kekayaan dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa peduli dengan orang lain dan lingkungannya.. Individu yang mencampur adukan antara selera/hawa nafsu dengan “ILMU” ini adalah kisah Qarun dalam sejarah nabi Musa, saya dan Anda (mudah-mudahan tidak), Ustadz Solmed beserta Artis Ustadz lainnya, pesantren AL-Zaytun dengan para pendukungnya, dll..dst
  • EMPAT KAKI, adalah hawa nafsu yang hanya berjalan/memikirkan kepada tahta kekuasaan, jabatan, status quo, gila hormat/ingin dihormati, sombong diri, pengkultusan terhadap diri nya, hukum rimba berlaku. Individu yang mencampur adukan antara selera/hawa nafsu dengan “ILMU” ini adalah kisah Fir’aun dalam sejarah nabi Musa, saya dan Anda (dalam skala kecil arogan terhadap suami/istri dan anak kita, ingin dilayani, sifat individualis/idealis/imperialis masih menempel dalam diri kita), Ustadz Hariri ngamuk baru-baru ini (menginjak leher sound teknisi, bentuk dari sombong diri, gila hormat, arogansi), negara” Arab, Amerika, dll..dst
Contoh mahluk yang disebut dalam alquran:
Karakter mahluk yang harus dicontoh oleh ummat islam
Karakter mahluk yang tidak boleh dicontoh oleh ummat islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar