Rabu, 30 April 2014

KEMANDIRIAN EKONOMI ISLAM

Ada satu pertanyaan, apa sih bentuk konkrit System Ekonomi Zakat yang menebar kehidupan saling kasih sayang itu?

(2:272) Laysa 'alayka hudaahum walaakinnallaaha yahdii man yasyaau wamaa tunfiquu min khayrin fali-anfusikum wamaa tunfiquuna illaa ibtighaa-a wajhillaahi wamaa tunfiquu min khayrin yuwaffa ilaykum wa-antum laa tuzhlamuun.
”Pedoman hidup mereka yang aduk-adukan NUR-Dzulumat dan atau penyalah gunaan Dzulumat msS tidak bisa menjadi pedoman atas pendukung-pendukung kehidupan ms Rasul Anda (Muhammad), tetapi Allah dengan pembuktian al-qur’an ms Rasul-Nya adalah yang mempedomani kehidupan yang mau menurut yang DIA ingini, yaitu apapun yang kalian korbankan sebagai satu pembinaan hidup ihsan maka yang demikian adalah untuk kehidupan diri pribadi-pribadi kalian sendiri. Yakni tidak ada apapun yang kalian korbankan kecuali sebagai tuntutan dari pandangan hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Yaitu apapun yang kalian korbankan sebagai pembinaan hidup ihsan, niscaya yang demikian akan ditunaikan menjadi kenyataan hidup kalian semuanya, dimana kalian tidak akan di Dzulumat-kan ms Syayatin apapun”.

Secara PRINSIP, system ekonomi zakat adalah produksi, alur distribusi dan konsumsi yang independen, tidak bergantung kepada system yang lain, apalagi bergantung kepada system Blok Barat dan Blok Timur. Secara perlahan tapi pasti melepaskan diri dari jeratan system ekonomi Riba, dari hal terkecil adalah membiasakan terlebih dahulu distribusi kebutuhan primer (hubungkan dengan QS 2:272) hanya melalui Baitul Maal yang sedang dibangun. Sebagai step awal adalah memberikan harga sesuai apa ada nya, harga setelah dipotong biaya, tidak profit oriented, tidak boleh mengambil keuntungan, masalah kelebihan (infaq) adalah tergantung kepada pengkaji, sejauhmana NILAI DAN HARGA IMAN diri nya terhadap ILMU yang sedang di bangun ini (hubungkan dengan QS 2:275). Setelah lambat laun Baitul Maal sudah kokoh kuat dan bisa memproduksi sendiri sumber daya alam, maka konsumsi kebutuhan primer pun akan di-gratiskan, kesudahan terakhirnya.

Kehidupan saling tebar kasih sayang bukanlah SAY HELLO TANYA KHABAR dan SUPPORT KEBUTUHAN DAPUR keluarga jasadiyah (suami/istri, anak). Kesudahan terakhirnya adalah YA! Tetapi untuk AWAL adalah TIDAK! Untuk mencapai itu semua, kita harus bangun terlebih dahulu, dan kita sendiri lah yang membangunnya. Mencetak generasi tangan di atas, bukan generasi tangan dibawah.

(2:275) Alladziina ya’kuluuna rribaa laa yaquumuuna illaa kamaa yaquumulladzii yatakhabbathuhu sysyaythaanu mina lmassi dzaalika bi-annahum qaaluu innamaa lbay'u mitslu rribaa wa-ahallallaahu lbay'a waharrama rribaa faman jaa-ahu maw'izhatun min rabbihi fantahaa falahu maa salafa wa-amruhu ilaallaahi waman 'aada faulaa-ika ash-haabu nnaari hum fiihaa khaaliduun. 
“Mereka yang memperlakukan Riba satu sistem Perekonomian untuk mendapatkan sesuatu pemasukan maka tidak ada yang mereka bangun itu kecuali seperti yang bangun menjadi kegila-gilaan  kesurupan aduk-adukan Nur Dzulumat dan atau penyalah gunaan Dzulumat msSy begitulah jadinya disebabkan mereka itu menyatakan sikap : “Sesungguhnya jual-beli  itu (sebenarnya hanya sektor  dari suatu bagian perdagangan dari cabang Distribusi yang berpangkal kepada suatu sistem Perekonomian) adalah semodel Riba (sebenarnya satu sistem Perekonomian_248) dalam arti Allah membolehkan Jual-beli dan Riba ialah renten semata_249. (Padahal Allah membolehkan jual-beli dalam rangka Zakat satu sistem Perekonomi Islam dan melarang Riba sebagai satu sistem Perekonomian Nista Papa. Seterusnya siapa yang telah mendapat pelajaran dari satu ajaran ms Rasul pembimbingnya, selanjutnya dia menghentikan sikap yang demikian maka baginya itu menjadi pinjaman biasa yang tidak boleh mengambil untungnya, yaitu urusannya itu kembali kepada ajaran Allah ms Rasul-Nya. Dan siapa yang kembali maka itulah dia pendukung kehidupan Dzulumat msS bagaikan si jago merah habis membakar, mereka didalamnya itu abadi seabadi imannya dengan pilihan Dzulumat msS apapun.

Nabi SAW pernah mengatakan, “Yadul ulya khairun min yadis sufla” (tangan yang di atas lebih baik daripada tangan di bawah). Maksudnya, seorang Mukmin yang memberi dukungan penuh kepada program-program penataan system ekonomi zakat, lebih baik daripada mukmin yang selalu berharap mendapat sokongan dari system penataan.(HR Bukhari, Kitab Zakat:152)

Bahwa dalam kehidupan menghidupi IPOLEKSOSBUD ini, seorang mukmin harus berusaha mandiri secara ekonomi, sehingga dia tidak bergantung kepada system, tidak selalu merepotkan system, tidak menjadi beban system penataan Islam dan kawan-kawan lain. Hendaklah setiap mukmin berusaha memberi pertolongan kepada system penataan Islam yang sedang dibangun, bukan selalu meminta belas-kasihan Islam (baca: Baitul Maal), karena system ekonomi Zakat bukanlah Lembaga Biro Sosial. Nah, untuk mencapai kemandirian itu tentu kita harus berjuang secara maksimal.

Hadits di atas, dikuatkan oleh hadits shahih lain, bahwa Nabi SAW bersabda, “Al mukminul qawiyyu khairun wa ahabbu ilallah minal mu’minid dhaif” (Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dengan perantaraan ILMU-NYA, daripada Mukmin yang lemah). Faktor kekuatan itu bisa apa saja, mulai dari ilmu, ekonomi, akses ekonomi, pengaruh sosial, kesehatan fisik, dll. Hubungkan dengan QS 55:33, kita tidak akan pernah bisa mencapai kehidupan organis biologis tanpa dengan kekuatan ILMU yang ter-aqdun.

Jadi, ketika seorang Mukmin sudah berhijrah secara batin/qalbu, dia harus pula berhijrah secara zhahir, yaitu membangun kemandirian ekonomi, system ekonomi zakat, menjadi seorang GHULAMAN  ZAKIYA (QS 19:19). Dengan kemandirian ekonomi, dia tidak lagi merepotkan orangtua, tidak merepotkan mertua, tidak merepotkan adik-kakak, tidak merepotkan kawan-kawan, dll. Bahkan dia justru lebih giat menolong orang lain dengan menafkahkan hartanya untuk kepentingan pembangunan system ekonomi Zakat.

Selama ini, target dakwah kita umumnya hanya hijrah batin/qalbu. Kalau seorang pengkaji sudah berhijrah batin/qalbu, sudah tamat Iman Pendidikan, sudah tamat 14 materi basic Pengantar Study AlQuran, seolah urusan sudah selesai, saya anak TUHAN!!. Tinggal berpangku-tangan, menanti pertolongan Allah secara Dzat bukan secara melalui ILMU-NYA yang kita praktekkan bersama, menyongsong Qurun Kedua tanpa ikut usjudu (berpartisipasi aktif) didalamnya. Ini adalah salah dan mencerminkan pemikiran yang tidak benar.

(2:274) Alladziina yunfiquuna amwaalahum billayli wannahaari sirran wa'alaaniyatan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuun. 
Mereka yang menafkahkan/mengorbankan harta-harta bendanya malam dan siang, secara diam-diam maupun terang-terangan, maka bagi mereka yang demikian adalah suatu imbalan kehidupannya sesuai dengan ajaran ms Rasul pembimbingnya. Yaitu tidak ada rasa takut atas hidup mereka yang demikian juga mereka tidak mengalami gundah gulana apapun”.

Fitrah manusia terdiri dari batin dan zhahir. Kebutuhan batin dipenuhi dengan Iman Pendidikan dan Iman Juang, sedang kebutuhan zhahir dipenuhi dengan aspek-aspek pembuktian pengorbanan maaliyyah (harta). Ini fitrah, bukan mengada-ada. Seperti halnya pasti alam, keluarga jasad (suami/istri, anak) yang harus kita nafkahi (hubungkan dengan QS 2:274 kemudian sambungkan dengan QS 9:24).

Ketika seorang pengkaji unggul zhahir-nya, unggul prakteknya (agnia) tetapi rusak teorinya, rusak aqdun bi qalbi/batin-nya (syar), dia berada dalam belenggu Riba, sekuler, bahkan negative terhadap ILMU. Sebaliknya, ketika pengkaji unggul aqdun bi qalbi/batin-nya, dan sengsara zhahir-nya, maka dia menjadi lemah, tidak berdaya, tidak terberdayakan, tidak mampu berbuat banyak, menjadi korban sistem sosial, tidak memiliki harga diri, bahkan kemandirian iman (pandangan dan sikap hidup)nya diragukan.

Doa (senandung harap) yang paling banyak dibaca oleh Rasul SAW ialah permintaan hasanah dalam kehidupan dunia dan Akhirat. Bukan hanya meminta dunia, atau meminta Akhirat saja, tetapi meminta hasanah pada keduanya. Tepat seperti ungkapan, “Bekerjalah untuk duniamu seolah engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk Akhiratmu seolah engkau akan mati besok.” Sama-sama serius dalam urusan dunia dan Akhirat.

System Ekonomi, yang dibangun, yang lahir dari hasil RATTIL DAN SHALAT TAHAJJUD serta penjagaannya shalat mauqutan (5 waktu), Aqimu shalah wa atuz  zakah ..!! Jika dibangun dengan selain itu adalah mustahil zhahir! Se-mustahil Unta masuk ke lubang jarum! (QS 7:40)
.............................

SYSTEM EKONOMI ISRA (normative)

Tanggal 27 Rajab 2 tahun sebelum hijrah (thn 577) suatu perjalanan sangat khusus dan suci (rihlah qudsiyyah) dialami Rasulullah SAW. Suatu pengalaman takkan terulang itu memakan route tempuh tak terkirakan. Isra, perjalanan horizontal berjarak 1898 km (Mekah-Madinah-Yerusalem), Mi`raj, perjalanan vertikal hingga “ Sidratil Muntaha “. Sebagian Mufassiriin menyatakan bahwa Isra Mi`raj itu adalah suatu cara Allah menghibur Rasul kekasihNya dari berbagai ujian dan duka cita yang tiada henti (`amul hazn). 

Tidakkah kita cermati. Salah satu pressure yang dialami nabi dan kaum muallaf, sahabat-sahabat beliau, sebelum mi`raj adalah sabotase ekonomi yang dilakukan oleh koalisi Yahudi-Nasrani-Munafik. Mereka (koalisi itu) sangat khawatir dengan bangunan ekonomi yang tengah dirancang Rasulullah, karena akan menjadi saingan (competitor) sistem ekonomi ribawi mereka. Bahkan tidak mustahil akan meruntuhkannya.

Di saat nabi Mi`raj, di waktu yang tidak panjang itu, diantara klip yang sempat dipertunjukkan Allah SWT kepada kekasihNya itu adalah dampak serius dan sanksi bagi pelaku sistem ekonomi ribawi. Nabi SAW sempat bergidik, menyaksikan besarnya azab yang menimpa mereka layaknya seperti orang gila tengah kemasukan syetan (Yaqumul ladzi yatakhobbatuhus syaithon). Karena mereka menyatakan berposisi sebagai musuh Allah dan Rasulnya ( Fa` dzanuu bi harbin minaLLaahi wa rosuulih).

Kita menangkap sangat jelas bahwa Allah tidak redla sistem riba (kapitalistis- zionis) menjadi sistem ekonomi dunia !!! Karena , apabila itu terjadi maka kaum muslimin tidak akan mampu menjadi khalifatullah fil ard, dan khairu ummah yang menjadi rahmat bagi dunia. Tetapi menjadi obyek eksploitasi dan penjajahan elit moneteris yahudi nasrani. Di samping itu sangat jelas bahwa sistem ribawi memiliki platform menghalalkan segala cara, kebebasan tanpa batas, spekulasi , dan kejahatan ekonomi lain yang akan merusak tatanan ekonomi dan menjerumuskan martabat manusia, bahkan akan melahirkan kehancuran hidup dan kehidupan. Dunia mengalami masa fasad. Dan inilah yang sekarang tengah terjadi.

Sesampainya di bumi pun, klip “ adzab pelaku riba “ sangat berbekas dalam ingatan Rasulullah. Jibril pun kemudian menyampaikan “ fax “ Ilahy secara berkesinambung yang terkait dengan hukum , sifat, dampak dan adzab pelaku ribawi. Karena dampak luar biasa yang akan ditimbulkannya maka gencar sekali ayat-ayat tentang riba diturunkan. Disertasi Al Quran menegaskan, pengembangan harta bukan dengan cara ribawi (QS. An Nisa 160-161), Riba adalah model transaksi yang mengexploitasi debitur (QS. Ali Imran 130), transaksi ilegal (QS. An Nisa 39), harus diimbangi dengan perdagangan riil (QS. Al Baqarah 275), keuntungan riba akan hancur (QS. Al Baqarah 276), tinggalkan total, pelakunya adalah musuh Allah dan Rasulnya (QS. Al Baqarah 280).

Kuatnya perintah membangun sistem ekonomi berbasis perdagangan riil, dengan pilar keuntungan bersama, berkeadilan dan beretika segera difollow up Rasulullah SAW. Beliau terjun langsung sebagai pelaku bisnis yang menonjolkan komitmen dan profesionalisme. Akhirnya, dalam waktu singkat bangunan ekonomi Islam serta berbagai model transaksinya sukses menjadi sistem pilihan masyarakat.

Kesuksesaan ini sangat ditunjang oleh personality Rasulullah sebagai “ uswah hasanah “. Ekonomi Islam telah menyebarkan aroma rasa adil dalam masyarakat, hapusnya exploitasi kapitalis / kreditur, terjaganya stabilitas harga , dipenuhi standar mutu barang, hilangnya spekulasi, konglomerasi dan oligopoli. Ekonomi Islam menjadi rahmat bagi semua masyarakat termasuk minoritas Yahudi dan Nasrani pada masa itu. Bahkan sebagian dari hutang-hutang mereka dihapusbukukan oleh kreditur muslimin. Bagaimana dengan sekarang ? Apa yang telah kita lakukan ? Mari kita renungkan, dan segera rancang apa yang harus kita lakukan. Dan mantapkan apa yang telah kita jalankan !.

1 komentar: