Senin, 28 April 2014

AGAMA ABSURD, AGAMA TIDAK MASUK AKAL, AGAMA MUSTAHIL



Entahlah...
Saya bingung, bagaimana saya musti menjelaskan, di mana letak 'tidak Absurd'-nya korelasi serta relevansi-nya dengan realita kehidupan sosial secara kongkrit, berbagai cerita tentang : pahala, surga, dosa, neraka, keajaiban menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta, membelah laut, tongkat menjadi ular, melunakkan besi, bicara dengan hewan, memindahkan istana megah dalam sekejapan mata, rambut di belah tujuh, membelah dada orang lalu mencuci hatinya, dll.

Biarlah saya terima dgn pasrah, saya percayai, saya yakini, tak perlu saya pertanyakan lagi, apalagi sampai mengkritisinya, tidak usah saya nalar oleh akal, biarlah keyakinan saya memperkosa akal sehat saya, biarlah saya terus menerus hidup dengan denialism, biarlah saya hidup dalam delusi, sebab bila saya tidak mempercayai dan tidak meyakininya, saya takut akan di hakimi secara sosial dan saya akan ter-stigmatisasi sebagai orang yang murtad, kafir dan darahnya halal.

biarlah agama saya menjadi bahan olok-olok para saintis, biarlah agama saya selalu menjadi pecundang dalam kancah kompetisi kebudayaan dan peradaban dunia.

Biarlah para ulama agama saya asik melakukan hipnoterapi dan agitasi dengan tafsir imajiner mereka terhadap saudara saya yang seiman lainnya, biarlah para ulama agama saya asik membangun istana-istana megah dan hebat di alam virtual-nya, sementara pada alam realita, dirinya, saya dan para saudara saya yang se-iman lainnya hidup ter-majinal-kan di emperan-emperan megahnya kebudayaan dan perdaban dunia. Biarlah saya, para ulama dan saudara saya seiman lainnya selalu mengkambing hitam kan qadha dan qadar Tuhan-nya terhadap kepencundangan realita agama mereka sendiri. Biarlah para ulama agama saya asik ber-apologi dan cocokologi lalu menjadikan kata-kata : "kun fa ya kun" dan "mukjizat-NYA" sebagai sebagai tameng pembelaan dan alat pembenaran untuk menutupi kebuntuan dan kedangkalan logika dan nalar sehat mereka terhadap berbagai dongeng ajaib yang mereka karang sendiri. Biarlah realita agama saya menjadi paradoks dengan gambaran Rasul agama nya sendiri yang mengatakan : al islaamu ya'luu wa laa yu'laa alaihi. Biarlah kitab suci agama saya cukup di baca dengan suara merdu, di lombakan, di sanjung-sanjung, meski saya tidak pernah mengerti isinya sama sekali.

Yang penting saya tetap teguh dgn keyakinan dan kepercayaan (iman) saya yang buta pada agama.

Satire, by: Risky Hartanto
...............................

“Tuhan punya cara sendiri” adalah satu dr sekian banyak propaganda agama yang harus direnungkan dan didekonstruksi. Namanya propaganda, seperti motivational quotes dari guru-guru motivator. Kedengerannya indah, tapi isinya kosong. Propaganda agama melindungi habis-habisan konsep tuhan dan agama sebagai pihak yg tidak pernah salah.

Konsep tuhan digantikan dengan botol susu. Berdoa ke botol susu, apakah hasilnya bakal berbeda dgn berdoa ke tuhan anda?

Propaganda agama mengajarkan bahwa tuhan selalu menjawab doa, karena tuhan maha kuasa dan maha tahu (kontradiksi). Jawaban tuhan sekitar “iya”, “tidak”, dan “tunggu”. Jadi manusia selalu dapat jawabannya, walau tidak selalu dikabulkan. Ketika berdoa ke botol atau galon susu, ternyata jawabannya juga sama: “iya”, “tidak”, atau “tunggu.” Anda bisa bikin eksperimen sendiri. Ganti konsep tuhan dgn galon susu atau toilet di rumah anda. Hasilnya pasti sama :)

Konsep tuhan menjawab doa itu mirip cara kerja bola kristal, daun teh, kartu tarot, zodiak dsb. Seperti dukun, tinggal kasih jawaban sekitar iya, gak, atau tunggu. Salah satu dr kemungkinan itu pasti terjadi :)

Coba anda liat dogma agama anda, mulai dari kisah penciptaan sampai kiamat. Semua dogmanya melindungi konsep tuhan. Ketika tuhan naroh pohon di taman, katanya buat ngetes Adam dan Hawa. Padahal katanya tuhan maha tahu. Kok ngetes. Kalo tuhan maha kuasa dan maha tahu, kenapa menciptakan lucifer, iblis dan manusia? Free will? Itu dogma juga :)

“Tuhan pengen ciptaannya yg berdasar kesadarannya sendiri untuk menyembahnya.” Yeah, right! :),.. limayyasya-u, kepada siapa yang mau dgn mau nya tuhan..kepada siapa yang maunya padu dengan maunya Allah dengan al-Quran

Itu tuhan atau Mr. Punjabi kok demen banget sama drama?

Kalau saya jadi tuhan, saya bisa bikin yg lebih baik dari situ. Gak ada neraka dan drama. Semua bahagia di sorga. Yg naroh free will ke dalam manusia siapa? Trus manusia yg disalahin? Anda buat produk, ini produk ada kemungkinan rusak akibat sistem yg anda buat. Masa begitu rusak anda salahin itu produk?

Manusia sudah tahu sistem recall, bahkan sistem refund. Kalo produk rusak cacat ya dibalikin atau diperbaiki. Sementara konsep tuhan agama-agama purba menawarkan solusi: neraka. Dibakar selamanya. Kalo agama-agama tersebut lahir jaman sekarang, mungkin mereka akan berpikir ulang sebelum merumuskan konsep tuhan dan nerakanya.

Ortu yang baik kalo sudah tahu bakal ada kejadian buruk menimpa anaknya pasti akan mencegah sebelum itu kejadian. Mungkin anda susah mencernanya. Anda sudah terlalu lama diracuni propaganda agama yg puluhan tahun anda telan begitu saja.

Sehingga ketika saya mengajak anda mempertanyakan konsep free will, dan konsep sifat-sifat tuhan, anda gamang. Silakan gamang. Saya juga dulu begitu. Jangan berhenti sampai disitu. Tetaplah mempertanyakan. Tetaplah berpikir, tetaplah menjadi seorang ULUL ALBAB. Kalo kata Gloria Steinem “The truth will set you free, but it will piss you off first.”

Disuruh taat, melawan hakikat (syaraf dan hormon) manusia akan lapar, seks, dll. Yg taroh itu semua ke tubuh manusia siapa?

Tapi begitu ‘salah’ milih dihukum. Free will eksis? Manusia hidup diberi pilihan, khalifatul fil ardi, khalifah, khalafa, ihtilaf, khilafa adalah pilihan (QS 38:26), pilihan buruk atau pilihan baik, khalifah bukan pemimpin.

Ga maksa tp konsekuensi di akhirat? Terserah.. Kan utk di dunia tuhan ga maksa kita harus percaya dia.. tapi konsekuensi nya di akhirat
---------------

SURGA dan NERAKA

Surga setelah kematian aku tak perlukan; yang kuperlukan adalah menegakkan surga dalam dunia masa kini lewat cinta, kebajikan dan kecerdasan.

Datangkanlah surga di manapun anda berada sekarang ini lewat cinta, kebajikan, kesabaran, kelembutan dan kecerdasan anda.

Neraka setelah kematian aku tidak takuti, tetapi yang menggelisahkanku adalah neraka sungguhan yang sedang bernyala dalam dunia masa kini.

Api neraka mustahil dipadamkan, selama kemarahan, kebencian, kedengkian, iri hati, kejahatan dan kebodohan masih menguasai manusia.

Orang yang pemarah membawa api neraka, orang yang sabar dan berhati lembut membawa kesejukan surga.

Kebakaran hanya padam oleh air, kemarahan hanya reda oleh kelembutan.

Cinta menimbulkan cinta, kejahatan menghasilkan kejahatan. Tapi orang yang berbudi akan membalas kejahatan dengan kebaikan.

Nilai terdalam agama bukanlah kebenaran doktrin, tetapi tindakan cinta dan kebajikan serta cerahnya pikiran para penganutnya.

Jika anda berdebat agama untuk memenangkan agama anda, yang dihasilkan bukan peningkatan pengetahuan, tapi rasa sakit hati dan permusuhan.

Agama-agama jangan dipertandingkan karena akan menimbulkan pertikaian, tapi dipersandingkan sehingga tercipta kerukunan, persaudaraan dan harmoni.

Kalau anda suka pertandingan, janganlah pertandingkan agama anda, tapi pertandingkanlah ilmu, kecerdasan dan kebajikan anda.

Jika anda berdebat ilmu pengetahuan, yang akan dihasilkan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.

Jika sang guru bisa menempuh jelajah intelektual 1000 km, sang murid harus bisa minimal 1001 km.

Jika sang guru bisa menderma Rp. 10.000,-, sang murid harus bisa minimal Rp. 10.001.

3 komentar:

  1. Dont miss understanding..that's just SATIRE lho yaa...^_^

    BalasHapus
  2. maryam, isa dan yusuf nazar, dlm banyak literatur sejarah di ceritakan adalah berasal dari golongan bani israil, sementara (selain sebagian kecil yg mau ber-Iman), gambaran karakterisrik sebagian besar suku bani israil menurut AQ di penuhi kedengkian terhadap ajaran Allah, termasuk juga terhadap para pembawa risalah-NYA dan pendukung ajaranNya, dan karakter ini di wariskan secara turun temurun hingga sekarang, QS. Al-Baqarah: 96, An-Nisa': 157, QS. Al-Ma'idah: 64, QS. Al-Ma'idah: 70, Al-Ma'idah: 78-79,

    ketika risalah ajaran Allah ini di turunkan kepada Maryam, yg kemudian di ajarkan kembali kepada Isa anaknya (ali imran: 42-45), Yusuf Nazar suami Maryam adalah salah satu golongan bani Israil yg bersikap negatif atau kufur terhadap datang-nya risalah tersebut,oleh karena itu kenapa nabi isa selalu di hubungkan dengan maryam, atau biasa di sebut dgn sebutan 'isa Ibnu maryam', karena tidak mungkin di hubungkan dgn garis bapak-nya, gak mungkin kan di sebut isa bin Yusuf Nazar al kufur?

    Allah memang tidak pernah bikin dongeng, yang membikin ajaran Allah menjadi dongeng adalah distorsi pada perspektif atau sudut memandang manusia dalam menafsirkan ayat-ayatnya sehingga menjadi dongeng,

    bahasa tamtsil atau bahasa perumpamaan secara umum itu terbagi dua, bahasa perumpamaan biasa, yakni bahasa perumpamaan yg menggunakan adawatut tasybih (berbagai huruf dan kata sebagai alat perumpamaan) seperti "kaf", "matsalun", "kamatsalun", dll, yg memang nampak secara lahiriah, salah satu contohnya : ya... 14 : 24-26 yg anda tulis di atas itu, lalu bahasa perumpamaan luar biasa, atau dalam kaidah balaghah sering di sebut sebagai "tasybih balligh", salah satu contohnya, ya... ayat tentang mukjizat nabi di atas, yg tidak menggunakan "adwatut tasybih"

    sementara, bila yg di maksud sebagai "fakta objektif" itu adalah sesuatu yg terdapat di dalam referensi buku-buku atau terdapat di berbagai literatur, pandangan dan ukuran anda tentang "fakta objektif" terlalu bias,

    dalam konteks fungsi AQ sebagai pedoman hidup, yakni sebuah ilmu yg berisi rangkaian keterangan dari Allah yg mengambarkan semesta kenyataan alam yang terdiri dari Organis, Biologis, Gaya, juga peredaran kebudayaan dan peradaban di sepanjang sejarah kehidupan yg tergantung kepada Allah" (arrahman : 1-14)

    maka, yg di maksud "fakta objektif" di sini adalah "gagasan", "konsep", "ide" yang relevan dan "menyentuh realitas hidup", secara kongkrit, bukan sebuah realitas yg masih ada di dalam atau dari referensi buku-buku atau berbagai literatur,

    sebab, bila ukuran kebenaran itu di ukur berdasar data referensi buku, itu akan sangat relatif sekali,
    banyak metode, sistematik, analitik, dan objektifitas dari tulisan di berbagai buku-buku dan literatur yg mendapat influence, ter-interpolasi, ter-distorsi, bahkan ter-manipulasi oleh berbagai faktor-faktor subjektifisme, seperti kepentingan golongan, politik, propaganda, hoax, dongeng cerita israiliyyat,
    benar menurut buku dan literatur syi'ah, belum tentu bener menurut menurut buku dan literatur salafi, atau Sunni, benar menurut buku dan literatur wahabi, belum tentu benar menurut buku dan literatur Sunni,benar menurut buku dan literatur NU, belum tentu benar menurut buku dan literatur Muhammadiyyah, LDII, NII, HTI, JT, dsb...

    BalasHapus
  3. materinya bingung ???????

    BalasHapus