Rabu, 30 April 2014

KIAMAT, AKHIRAT dan ALAM KUBUR

Yaum al-Qiyamah secara bahasa berarti "Hari Kebangkitan Ummat", terdiri dari 3 suku kata, yaitu:

Yaum (يوم‎) = Hari, masa atau periode
Qiyam (قيام‎) = Tegak, bangkit, berdiri
`Ummah (أمة‎) = Ummat, bangsa

Secara istilah Yaumul Qiyamah sering diartikan hari kiamat (kehancuran alam semesta beserta isinya). Yaumul Qiyamah sama halnya dengan Yawm ad-Din yang artinya suatu periode (masa) dimana akan terjadi kebangkitan sebuah komunitas ummat manusia yang hidup berdasarkan ajaran Allah (dinullah), ALQURAN.

Qiyam nya, bangkitnya system penataan jannah system penataan berdasarkan ajaran Allah Alquran, system penataan ekonomi zakat lawan system penataan naar jahannam, system penataan ekonomi riba.

Hari Akhir, akhirat, kesudahan terakhir dari proses perjuangan didalam mengupayakan system jannah, yg diperjuangkan sejak dari nabi adam – nabi Muhammad dan kesempatan terakhir di Qurun Kedua ini oleh orang” yg beruntung bisa mengupayakannya agar terjadi Yaumul Qiyamah, kebangkitan sebuah komunitas ummat manusia yang hidup berdasarkan ajaran Allah. Pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya ummat adalah menurut sunnatullah. Sebagaimana telah kita pahami bahwa berbicara Bani Adam bukanlah berbicara manusia pertama. Tetapi sejarah komunitas Adam adalah perihal tentang kebangkitan Dien Islam, system penataan Jannah dibawah kepemimpinan Bani Adam, yang merupakan kebangkitan pertama yang Allah muat dalam penuturan Al-Quran. Kebangkitan penataan Jannah tergelincir runtuh, kemudian system penataan Syaithon, system ekonomi Riba berjaya. Kemudian Bani Adam tersadar maka bangkit kembali system Ekonomi Jannah. Begitu seterusnya timbul tenggelam Kekuasaan Dzulumat (Naar) dan kekuasaan Nur  (Jannah) silih berganti seperti silih bergantinya malam dan siang.

Maka disanalah terjadi Yaumul Hisab, dll, dst…komunitas orang-orang yang negative dan memerangi ajaran Allah otomatis di hisab oleh komunitas ummat yang sudah membangkitkan kehidupan ini dengan menggunakan wajah Allah, system penataan Allah, Alquran. Bertemu dengan Allah bukan bertemu dengan Allah secara Dzat, tetapi bertemu dengan system kehidupan yg menggunakan ajaran Allah, Alquran.

“Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal-ardha, haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin (QS 6 : 79). Inna shalaati wanusukii wamah yaaya wama maatii lillaahi rabbil ‘alaamiina (QS 6 : 162). Laasyariika lahu wabidzaalika umirtu wa ana awwalul muslimiina. (QS 6 : 163)”
Artinya: Sesungguhnya saya dengan shalat ini, membentuk pandangan dan sikap hidupku menjadi menurut yang telah mencipta membina peredaran semesta angkasa dan bumi ini setulus hati menjadi orang yang hidup dengan islam satu-satunya penataan tiada tanding. Sehingga saya tidak mau menjadi golongan orang yang hidup dualisme d’efect dan reflex naturalis dan idealis produk system syaithon. Sebenarnya shalatku ini (satu pembinaan Iman) dan lain” pembinaan (shaum, zakat, hajj, dsb), yaitu seluruh hidup dan mati ku kelak, adalah menjadi menurut ajaran Allah,  Alquran. Menurut mana tidak benar hidup dualisme naturalis idealis. Dan dengan yang demikian (Alquran) saya merasa diperintah yakni saya menjadi golongan orang yang pertama hidup dengan Islam satu-satunya penataan tiada tanding”.

AQIIMU SHALAT WA ATUZ ZAKAT
System Ekonomi, yang dibangun, yang lahir dari hasil RATTIL DAN SHALAT TAHAJJUD serta penjagaannya shalat mauqutan (5 waktu), Aqimu shalah wa atuz  zakah ..!! Jika dibangun dengan selain itu adalah mustahil zhahir! Se-mustahil Unta masuk ke lubang jarum! (QS 7:40)

Dari TEORI kerja menghasilkan PRAKTEK kerja
Aqiimu shalat                            wa atuz zakat
Alimul Ghaib                             wa syahadah
Sami’na                                    wa atha’na
Samawat                                  wal ardi
Makiyyah                                  Madaniyyah

Kuliah Kedokteran                     Praktek Kedokteran
Kuliah Penerbangan                   Jadi Burung Hud-Hud (:D)
............

Qumilaila illa qaliila…Wa rattilil qur’aana tartiila, inna sanulqi alaika qaulan tsaqiilla. Innalaka finnahaari sabhan thawiila. Bangun malam untuk study Alquran dan kemudian genapkan dalam Tahajjud sehingga hasil study yg maha hebat berbobot tersebut dipraktekkan bersama" korps yg dibentuk (korps titik" jumatan) pada siang hari nya sebagai gerak aktifitas hidup berdasarkan atas hasil study teori di malam hari nya. https://www.facebook.com/notes/muhajir-isnaini/shalat-media-untuk-mendapatkan-teori-ilmu-ipoleksosbud/751924048193522

Titik" masjid jumatan, minim ada 4 titik jumatan (2:260) maka layak utk shalat idul fitri (madinatul munawarah). kaitkan dengan hadist nabi adam lahir/mati pd yaumul jumu'ati (Apakah zaman nabi adam sdh ada system penanggalan? jum’at sebagai nama hari kah? Sedangkan system penanggalan kalenderisasi baru ada pada zaman khalifah Umar bin khattab! Silahkan kritisi…), qiyamah terjadi pada yaumul jumu'ati, ingat juga alhadist: 40 titik jumatan setara dengan idul adha (hajj), jumu'ah sendiri adalah hajj kecil...isim muntahal jumu' (jamaknya jamak, banyak titik-titik jumatan yg bertengger pada jibal-jibal, QS 16:68)

Titik masjid jumatan jgn dibayangkan sprti masjid jumatan normatif, titik masjid jumatan yg sprti sarang lebah, produksi, distribusi dan konsumsi yg independen (QS 16:68-69). Titik masjid jumatan yg didalamnya ada aktifitas anggaran belanja rumahtangga mukmin (amwal-baitul maal-pertanian sembako-kasab yg berhub dgn SDA dan anfush-belajar mengajar materi iman pendidikan-iman juang diiringi dgn tatabahasa alquran). STEP BY STEP (QS 9:105) mulai dari tetes embun, hingga lama kelamaan akan terbentuk hujan deras (QS 2:265), tidak mudah memang. Di titik" jumatan yg tersebar dimana" dibawah managemen 1 atap, semua hal dibahas, sehingga nanti, yaumil qiyamah pun akan terjadi pada yaumil jumu'ati, dst. Jika konsep itu dipraktekkan..apakah msh memerlukan kamuflase semacam yayasan/sekolah/pesantren, ormas atau organisasi" normatif yg didalamnya ada ketua sekretaris dan bendahara? Hati-hati didlm menterjemahkan makna "Organisasi Islam". Hati-hati dengan laku perbuatan kadzdzaba (mencampur-aduk ajaran Allah dengan kebijakan normatif), yg secara tdk sadar mengarah kpda pembentukan masjid dhirar (QS 9:107), ingat selalu dengan sindiran Allah, Alquran. Kita kadzdzaba maka jalan kita utk menuju penataan jannah tidak akan dibuka kan (QS 7:40)
……………………….

ALAM KUBUR

SURAT ATTAKATSUR
alhaakumu alttakaatsuru
[102:1] Kehidupan kamu itu hanyalah pengabdian terhadap ajaran syayathien yang saling berlebihan .
DEPAG: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
hattaa zurtumu almaqaabira
[102:2] Sampai mengantar kalian ke lubang Kubur, yakni terikat ketat kedalam laknat Allah . DEPAG:Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
kallaa sawfa ta'lamuuna
[102:3] Sebenarnya tidak akan demikian andaikata Anda mau menanggapi Alquran msR .
DEPAG:Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

SURAT AL ADIYAT
afalaa ya'lamu idzaa bu'tsira maa fii alqubuuri
[100:9] Mengapa mereka tidak mau memahami (mempelajari) ajaran Allah yakni Alquran msR, padahal kelak suatu ketika akan dibangkit kembali seluruh isi kubur.
DEPAG:Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
wahushshila maa fii alshshuduuri
[100:10] Yakni kebangkitan kembali segala laku perbuatan manusia menurut pilihan masing masing apakah tanggapan msS, atau NUR yaitu Alquran msR? DEPAG:Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
inna rabbahum bihim yawma-idzin lakhabiirun
[100:11] Sebenarnyalah ajaran Allah ini yakni Alquran msR lawan dzulumat msS adalah teori kehidupan yang akan kesudahan yang terakhir.
DEPAG:Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.

SURAT YAASIIN AYAT 52, BERKAITAN DENGAN AYAT SEBELUM DAN SESUDAHNYA
wanufikha fii alshshuuri fa-idzaa hum mina al-ajdaatsi ilaa rabbihim yansiluuna
[36:51] Dan bila sampailah waktunya maka mereka pun musnah berhamburan bagaikan debu lepas berhamburan, menurut ILMU-NYA, menuju kedalam sejenis persenyawaan kehidupan .
DEPAG:Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
qaaluu yaa waylanaa man ba'atsanaa min marqadinaa haadzaa maa wa'ada alrrahmaanu washadaqa almursaluuna
[36:52] Barulah mereka meratap: “Celaka jualah ujudnya kehidupan sekalian, siapakah yang mengakibatkan kita menjadi demikian , itulah ketentuannya ILMU Allah dan prakteknya msR.
DEPAG:Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya).
in kaanat illaa shayhatan waahidatan fa-idzaa hum jamii'un ladaynaa muhdaruuna
[36:53] Dan tidak adalah yang demikian itu kecuali satu pukulan kehancuran, maka menurut itu kelak akan KAMI, Allah bangkitkan kembali kedalam suatu kehidupan.
DEPAG:Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami.
faalyawma laa tuzhlamu nafsun syay-an walaa tujzawna illaa maa kuntum ta'maluuna
[36:54] Maka inilah dia satu peradaban kehidupan menurut ILMU-NYA Allah kedalam satu kesudahan terakhir, tidak ada kehidupan jahat dan pembalasannya itu kecuali menurut apa yang telah dia lakukan .
DEPAG:Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.

SURAT FATHIR AYAT 22 BERKAITAN DENGAN AYAT SEBELUM DAN SESUDAHNYA
walaa taziru waaziratun wizra ukhraa wa-in tad'u mutsqalatun ilaa himlihaa laa yuhmal minhu syay-un walaw kaana dzaa qurbaa innamaa tundziru alladziina yakhsyawna rabbahum bialghaybi wa-aqaamuu alshshalaata waman tazakkaa fa-innamaa yatazakkaa linafsihi wa-ilaa allaahi almashiiru
[35:18] Tidak ada masing-masing pendukung sedia menanggung yang orang lain dukung, dan jikalaulah ada orang yang memberatkan diri dengan seribu harapan untuk sudi demikian niscaya tidak akan ada orang mau berkenan, betapapun dia rapatnya dalam ikatan kekeluargaan , begitulah halnya dengan peringatan dakwah menurut Alquran msR ini hanya mantap bagi mereka yang hidup merunduk menurut ajaran pembimbingnya dengan sikap bahwa semesta kehidupan ini ialah peredaran kedalam satu kesudahan menurut ILMU Allah yakni melakukan shalat ialah membina diri untuk hidup demikian yaitu orang yang hidup dengan zakat sebagai system perekonomiannya , yakni menurut ILMU Allah inilah semesta kebudayaan/peradaban mendesir mengalir.
DEPAG:Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu).
wamaa yastawii al-a'maa waalbashiiru
[35:19] Yaitu berbeda-beda seperti tidak samanya antara yang hidup buta tuli dan yang berpandangan terang lagi berpikir .
DEPAG:Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.
walaa alzhzhulumaatu walaa alnnuuru
[35:20] Yakni seperti tidak samanya antara berbagai malam kelam dan purnama raya, begitulah perbedaannya antara yang bertanggapan dzulumat msS dan yang bertanggapan dengan NUR, Alquran msR ini.
DEPAG:dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya,
walaa alzhzhillu walaa alharuuru
[35:21] Begitulah ibarat tidak samanya antara yang teduh menggiur dan panas menghancur.
DEPAG:dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas,
wamaa yastawii al-ahyaau walaa al-amwaatu inna allaaha yusmi'u man yasyaau wamaa anta bimusmi'in man fii alqubuuri
[35:22] Yaitu penaka tidak samanya antara yang hidup dan mati, sesungguhnya Allah dengan Alquran msR ini Pembina pendengaran setiap orang yang mau menurut mau-NYA, untuk mana kamu tidak ditugaskan untuk mendakwahkan orang yang sudah seperti mayat di liang kubur.
DEPAG:dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar.
in anta illaa nadziirun
[35:23] Tidak ada ditugas kamu kecuali hanya semata-mata mengajar.
DEPAG:Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan.

KESIMPULAN
Alam kubur = ikatan yg ketat dlm laknat Allah disebabkan tidak menanggapi al qur'an menurut sunnah rasul-Nya.

Atau bahasa jelasnya:

Ikatan yg ketat dlm laknat Allah, otomatisasi efek buruk dari system ekonomi jahannam, system ekonomi riba, karena mengabaikan keterangan yg utuh dan bulat dari-Nya yg disampaikan jibril dan telah dibuktikan oleh nabi muhammad.

Artikel terkait:
AZAB ITU ADA NYA DI DUNIA, SETELAH MATI ADALAH OTOMATISASI GERAK, BAK CERMIN
……………………………..

Rukun iman ada 6,
1. beriman kepada Allah, dan
2. beriman kepada malaikat-malaikatnya Allah, dan
3. beriman kepada kitab-kitabNya, dan
4. beriman kepada para Rasul Nya,
5. beriman kepada hari akhir, dan
6. beriman kepada takdir baik dan buruk dari Allah

Lebih mengena dan aplikatif mana dengan :

Imãn adalah:
  1. anda berpandangan dan bersikap hidup dengan (ajaran) Allah,
  2. yakni yang dihantarkan oleh MALAIKAT-malaikatnya,
  3. berupa KITAB-kitabnya (antara lain Alquran),
  4. yang diterima/disampaikan kepada para RASULnya,
  5. sehingga (anda) sampai pada suatu TAHAP AKHIR, kesudahan terakhir,
  6. yakni anda hidup berdasar KETENTUAN (nilai) baik dan buruk menurutNYA (Allah).

Artikel terkait:
JANNAH ITU ADA NYA DI DUNIA, BAITI JANNATI (Rasul mengucapkan ini pada saat masih hidup), SETELAH MATI ADALAH OTOMATISASI

4 komentar:

  1. Kiamat Ilmiah

    Apa pendapat Anda tentang kiamat?
    Sebutkan dulu pendapat Anda!
    Pendapat saya pastilah sama dengan pendapat kebanyakan orang. Sebagai muslim, saya biasa mendengar para guru agama mengatakan bahwa kiamat terbagi menjadi dua, yaitu kiamat kubra dan kiamat sugra. Kiamat kubra adalah kiamat besar, yaitu terjadinya kehancuran alam semesta. Keseimbangan tatasurya berantakan. Matahari meledak. Planet-planet saling berbenturan. Semua hancur lebur, termasuk bumi kita ini. Sedangkan kiamat sugra adalah kiamat kecil. Misalnya kematian seseorang, gunung meletus, sebuah kota dihantam tsunami atau dirontokkan oleh gempa bumi, dan sebagainya.
    Anda benar!
    Apanya yang benar?
    Bahwa… ya memang begitu pandangan kebanyakan orang tentang kiamat.
    Terus, Anda punya second opinion? Punya pendapat yang berbeda?
    Apa pun namanya, bila saya bicara tentang qiyãmahatau qiyãmatun, yang kita ucap dan tulis menjadikiamat itu, saya ingin agar pembicaraan itu bersifat produktif…
    Dalam arti…?
    Yaa… setidaknya, saya ingin agar obrolan kita tentang kiamat itu bisa melahirkan pemahaman yang lebih baik, lebih luas, lebih mengilhami… Atau, setidaknya, bisa membebaskan kita dari segala bentuk pemikiran berbau mitos alias dongeng!
    Wow! Pasti menarik tuh!
    Bisa menarik, bagi yang tertarik. Atau malah terasa aneh, bagi yang lain…
    Yang aneh juga biasanya menarik! Ayo, segera kita mulai obrolannya!
    Baik. Kita mulai obrolannya… Dan, obrolan ini saya beri judul Kiamat Ilmiah!
    Wow!
    Stop!
    Apa yang stop?
    Teriak-teriak “wow” Anda itu loh!
    Kenapa?
    Saya khawatir Anda keterusan…!
    Keterusan bagaimana?
    Keterusan teriak-teriak “wow” sambil jungkir balik atau salto!
    Haahhh, ga lucu itu! Ga lucu…!
    Haha! Mari kita mulai…!
    Siap!
    Kiamat – qiyãmah – secara harfiah berarti berdiri,atau tegak, atau terjadi, atau terlaksana-nya “sesuatu”. Sesuatunya itulah yang menjadi karinah (qarînah), atau konteks, atau ‘kaitan’ yang menentukan makna kiamat itu.
    Jelasnya?
    Bila Anda kaitkan kata kiamat, misalnya, dengan alam semesta, maka Anda pikir pengertian kiamat itu apa?
    Wah! Kok malah saya yang disuruh mengaitkan?
    Yaa dicoba saja, kenapa sih?
    Oke … Saya coba ya? Bila kiamat, dalam arti seperti yang Anda sebutkan itu, saya kaitkan dengan alam semesta… Maka… “kiamat alam semesta” berarti: berdirinya alam semesta, atau tegaknya alam semesta, atau terjadinya alam semesta, atau terlaksananya alam semesta… Begitu?
    Cerdas!

    BalasHapus
  2. Tapi…
    Apa?
    Kok jadi bertolak belakang dengan pengertian selama ini? Bahwa kiamat adalah “kehancuran…”?

    Pemahaman itu terjadi karena ada semacam missing link dari ilmu para ustadz yang bercerita tentang kiamat kepada Anda! Kepada kita semua!
    Wow!
    Ayo, teriak “wow” lagi!
    Eh, engga… diganti “wah” aja dech. Boleh?
    Ya, sudah. Terserah. Asal jangan pake jungkir balik!
    Oke, lanjutken… apa itu tadi? Missing link ya? Kok kayak istilah Darwin… dalam teori evolusi itu loh!
    Ya. Bedanya, bila Darwin menyebut missing link(mata rantai yang hilang) itu untuk fosil-fosil yang tidak dia temukan, yang bila ditemukan bakal memperkuat teorinya tentang manusia, yang kemungkinan berasal dari monyet, saya menyebut istilah itu untuk konteks yang hilang dalam penceritaan tentang kiamat. Dan, ingat baik-baik, kehilangan konteks itulah sebenarnya yang membuat kita memahami istilah kiamat secara keliru banget…
    Keliru banget? Keliru saja sudah salah, apalagi ditambah banget!
    Makanya, mari kita coba koreksi. Mari kita pasangmissing link itu!
    Pasang? Memangnya Anda sudah menemukan mata rantai yang hilang itu?
    Iyalah!
    Wah!
    Bukan saya yang menemukannya, tapi guru saya!
    Siapa?
    Namanya tidak penting, katanya. Yang penting ilmunya.
    Oke, oke. Lanjut…!
    Sebenarnya, yang saya sebut missing link itu adalah konteks atau kaitan itu tadi. Ketika arti harfiah dari kiamat kita kaitkan dengan konteksnya, misalnya alam semesta, seperti yang Anda sebutkan, maka kiamat itu berarti “tegaknya alam semesta”, atau “terjadinya alam semesta”, dan sebagainya. Dan, pengertian ini… ternyata berbeda, bahkan bertolak belakang dengan pengertian kita selama ini, yang memahami kiamat sebagai “kehancuran…”. Tak peduli kita menyebut kiamat kubra (al-qiyãmatul-kubrã), atau kiamat sugra (al-qiyãmatush-shughrã), intinya adalah kehancuran!
    Ya! Terus, kenapa?
    Salah kaprah… Karena missing link tadi…
    Ya, ya! Terus apa yang jadi sebabnya banget?
    Haha! Saya suka istilah Anda. “Sebabnya banget”, alias the very matter, bahasa sononya, adalah karena kita, bermula dari guru-guru kita, suka belajar dengan metode dari mulut ke mulut, bukan dari naskah ke naskah!
    Jelasnya?
    Kita dididik untuk terbiasa mendengar dan mendengar pelajaran agama dari ceramah-ceramah, dari monolog-monolog para guru, yang tidak bisa diinterupsi, tidak bisa ditanya! Apalagi kalau mereka bicara di radio atau televisi seperti sekarang. Mereka nyerocos saja, dan kita mendengar saja. Kalau mereka salah atau keliru, kita tidak tahu. Dan mereka juga tidak pernah minta maaf bila sewaktu-waktu keliru!
    Terus…!
    Kalau kita dididik untuk bergaul dengan naskah, paling tidak, kita bisa menjadi lebih kritis dari sekarang!
    Mengapa bisa begitu?
    Karena, setidaknya, bila Anda diharuskan membaca naskah Al-Qurãn, misalnya, maka sebelumnya Anda pasti harus mempelajari bahasanya kan?

    BalasHapus
  3. Hm, ya iyalah. Terus, apa istimewanya?
    Gampangnya, saya sebut intinya saja ya? Dengan mempelajari suatu bahasa, bahasa apa pun, pada dasarnya Anda juga – secara tidak langsung – belajar logika.
    Belajar logika? Dalam arti…?
    Belajar berpikir logis. Yaitu belajar berpikir dengan alur tertentu, dengan memperhatikan susunan permasalahan, dengan memperhatikan hukum sebab dan akibat…
    Kembali ke soal kiamat…
    Anda perhatikan pengertian istilah kiamat yang saya ajukan dengan yang kita pahami selama ini! Bukankah di situ kita dapati kaitan yang tidak logis? Kaitan yang tidak masuk akal.
    Kaitan yang tidak logis? Yang tidak masuk akal? Jelasnya?
    Coba Anda kaitkan kata kiamat, yang berarti tegak, dengan alam semesta. Atau kaitkan dengan diri Anda sendiri!
    Bagaimana?
    Bila saya katakan Anda kiamat, maksudnya apa?
    Saya… eh, kalau pengertian yang dulu… ya hancur!
    Bila dikaitkan dengan pengertian yang saya ajukan?
    Berarti… Berarti… saya tegak?
    Ya! Sangat jauh berbeda pengertian hancur dengan tegak, bukan?
    Iya. Tapi saya belum mengerti maksud Anda.
    Maksud saya, bila kiamat dipahami sebagai kehancuran, itu salah secara bahasa.
    Jadi, menurut Anda, para guru kita yang hebat-hebat itu, salah memahami bahasa?
    Kalau memang iya, kenapa?
    Wow! Berarti Anda lebih pintar dari mereka?
    Tidak perlu menjadi orang yang lebih pintar untuk mengetahui suatu kesalahan. Anda tidak perlu menjadi ayam untuk mengetahui telur busuk!
    Wah, kasar banget tuh!
    Jangan dianggap kasar, kalau itu benar. Dan kalau salah, saya tidak akan lari dari pengoreksi. Malah, bila perlu, saya cium telapak kakinya!
    Jadi, ada kesalahan dalam memahami bahasa?
    Tadi saya katakan bila kiamat diartikan hancur, itu salah secara bahasa. Tapi, kita melaju saja dalam kesalahan itu. Terus saja memasarkan pemahaman yang keliru…
    Oke, oke! Sekarang, coba Anda langsung saja sebutkan bagaimana duduk perkara sebenarnya!
    Anda tidak sabaran…
    Salah Anda sendiri, kenapa membikin saya penasaran!
    Haha! Baiklah. Bila Anda, setelah obrolan ini, mau belajar lebih lanjut, saya akan langsung ke inti.
    Soal belajar lebih lanjut itu, saya ga janji, hehe!
    Terserah Andalah! Yang penting, setidaknya, saya berusaha mengajak Anda berpikir. Begini. Ketika kita bicara kiamat, dalam arti tegak dan seterusnya itu, seperti yang saya sebutkan tadi, maka ingatlah kata kiamat itu, kita ambil dari Al-Qurãn dan atau hadis. Isi pokok dari kedua sumber ini adalah perintah untuk mengkiamatkan, untuk menegakkan, Dînul-Islãm(i), mulai dari tingkat diri perseorangan, secara khusus, sampai pada masyarakat secara umum. Penegakan Dînul-Islãm secara demikian itulah, sebenarnya, yang disebut sebagai kiamat sugra.

    Di dalam kedua sumber itu, ada penuturan tentang awal-akhir kehidupan manusia, ada penyebutan tentang dunia dan akhirat. Ada penegasan bahwa dunia itu fana alias mortal, yaitu bakal hancur. Sebaliknya, akhirat itu kekal alias immortal, yaitu tak akan hancur. Di dalam kedua sumber itu, juga dikatakan bahwa manusia pasti meninggalkan alam dunia ini, untuk ‘pulang’ ke alam akhirat, mulai dari seorang demi seorang, sampai akhirnya secara keseluruhan.

    BalasHapus
  4. Nah! Pulang (mati) secara perseorangan itu dikatakan kepada kita sebagai kiamat kiamat sugra (kecil). Sedangkan pulang secara keseluruhan disebut kiamat kubra (besar).

    Coba Anda perhatikan hal ini: Ketika kita bicara tentang kiamat besar, yang dimaksud kiamat (tegak dsb.) sebenarnya adalah alam akhirat! Dan tegaknya (terjadinya dsb.) alam akhirat itu adalah setelah alam dunia hancur!

    Lho, jadi cuma itu?
    Maksud Anda?
    Eh, maksud saya, kesalahannya selama ini hanya pada penyebutan antara dunia dan akhirat?
    Tepatnya pengaitan! Kiamat itu kaitannya dengan akhirat, bukan dunia. Jadi, dalam bahasa Indonesia, misalnya, istilah “dunia bakal kiamat” itu salah. Yang benar adalah “akhirat pasti kiamat”. Dunia adalah sesuatu yang sudah dan sedang ‘tegak’ (= eksis). Tapi ia bakal hancur. Sedangkan akhirat adalah sesuatu yang, bagi kita, belum tegak (= belum eksis). Tapi dia bakal tegak, nanti. Entah kapan.
    Wahhh, saya jadi pusing nih!
    Benarkah?
    Ga pusing benar sih. Hanya butuh berpikir keras untuk memahami penuturan Anda. Mungkin butuh beberapa kali membahas soal ini…
    Tepat! Kita memang harus membahasnya berkali-kali.
    Tapi, coba tolong beri saya rangkuman.
    Baik. Begini. Seperti saya katakan sejak awal, saya ingin mengajak Anda bebas dari pemahaman berbau mitos tentang kiamat.

    Satu hal yang harus Anda pahami sekarang adalah bahwa ketika kita bicara kiamat, konteksnya adalah penegakan Dînul-Islãm, yang menjadi tugas kita, secara pribadi maupun jama’ah. Inilah konteks kiamat sugra. Dan kiamat sugra ini bukanlah sesuatu yang harus ditunggu, tapi harus dilakukan oleh kita, secepatnya. Sebelum kita mati. Kiamatkan (tegakkan) Islam dalam diri kita, tak perlu menunggu orang lain!

    Sedangkan dalam konteks kiamat kubra, tegaknya atau eksisnya alam akhirat, itu sama sekali bukan urusan kita.
    Begitu ya?
    Ya.
    Saya masih pusing…
    Semoga lekas sembuh!
    Eh, maaf! Saya merasa masih ada yang kurang dari rangkuman Anda…!
    O, ya? Apa?
    Anda belum menyimpulkan pengertian “Kiamat Ilmiah” itu?
    Hm, ya, ya…! Begini. Kiamat Ilmiah yang saya maksud, harfiahnya adalah tegaknya atau penegakan sesuatu yang bersifat ilmu. Jadi, istilah itu bila diterjemahkan secara bebas, berarti “pelaksanaan teori”. Dan, teori yang saya maksud di sini adalah ajaran Allah, yaitu Al-Quran…
    Ooo, begitu… Jadi, kalau begitu, Kiamat Ilmiah itu berarti penegakan atau tegaknya Al-Quran?
    Iya.
    Ya, Allah…! Sekarang agak buyar pusing saya. Tapi sekarang muncul pertanyaan-pertanyaan lain.
    Simpanlah dulu pertanyaan-pertanyaan itu, untuk bahan obrolan kita di lain waktu. ∆

    BalasHapus