QS 10:100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Kenyataannya memang demikianlah keadaan iman manusia pada umumnya: tanpa landasan pengetahuan obyektif! Padahal Rasulullah menegaskan bahwa orang yang lebih berpengetahuan justru lebih potensial untuk memiliki iman yang mantap. Dalam suatu Hadits, misalnya, dikatakan bahwa ada enam golongan manusia masuk neraka karena enam sebab; di antaranya adalah orang-orang dusun, yang masuk neraka karena kebodohan mereka. Mereka menjadi (tetap) bodoh tentu karena malas menuntut ilmu (Periksa Surat Az-Zumar ayat 9)
Bahkan (dalam Surat Ali Imran ayat 7) Allah
menegaskan bahwa pernyataan “Kami
beriman (terhadap Al-Qurãn)” hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang
berilmu tinggi. Surat Al-Isrã’ ayat 36, juga menegaskan bahwa ilmu harus didahulukan dari sikap ikut-ikutan
(percaya sebelum tahu). Ayat ini bahkan bertentangan dengan pernyataan Quraish
Shihab dalam tulisannya tersebut bahwa “akal dapat mengetahui fenomena, dapat
pula menciptakan pengetahuan, tetapi tidak mampu menciptakan iman.” Bila
pernyataan Quraish Shihab ini benar, tentu kita tidak perlu memiliki akal untuk
beriman. Tapi itu mustahil sekali. Karena, bukankah bila tanpa akal manusia
sama dengan hewan?
Memang aneh, mengapa
begitu banyak orang yang mengesampingkan peran akal ketika berbicara tentang
iman? Padahal Al-Qurãn sendiri
menyebutkan akal dengan berbagai bentuk mor-fologinya paling sedikit dalam 23
Surat. Mengapa kita seperti ingin
menceraikan akal dengan iman, sedangkan sang Pencipta sendiri menjadikan
keduanya berpasangan?
Anda
khawatir kebebasan akal akan merusak iman, dan mengancam keberadaan agama? Kekhawatiran
itu hanya boleh ditujukan kepada agama yang tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Akal yang bebas, bila yang dicarinya memang kebenaran, pasti dapat menerima
kebenaran agama yang benar. Akal yang bebas tidak bisa ikut-ikutan untuk
percaya asal percaya. Sebab kata Ibrahim al-Laqani dalam Nazham Jauharah
at-Tauhid, “Orang yang bertauhid hanya ikut-ikutan, imannya tidak akan bebas
dari keguncangan.” (Idz kullu man qallada fii tawhidi imanuhu lam yakhlu min
tardid).
Al-Qurãn, sumber iman yang hakiki, adalah sebuah
kitab yang berasal dari Pencipta manusia, yang paling tahu kemampuan akal
manusia, sehingga ia adalah Kitab yang dapat dipahami oleh akal manusia. Karena
Allah tidak membebani manusia dengan beban yang tidak bisa dipikulnya
(Al-Baqarah ayat 286). Karena Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah
manusia (Ar-Rum ayat 30). Tidak ada yang
tidak masuk akal atau tidak bisa dipahami akal dalam agama ini, dalam kitab
sucinya (An-Nisa’ ayat 82). Kalau selama ini kita berpandangan sebaliknya, mungkin
karena kita tidak mengkajinya sesuai petunjuk-Nya, tapi mengikuti selera
masing-masing (Al-Jatsiyaah ayat 23).
Dengan doktrin
yang mengatakan bahwa agama adalah urusan hati, dan bukan urusan akal, kita
dipaksa untuk percaya saja pada pernyataan yang paling ganjil pun. Kita
diharuskan membiarkan akal meronta seperti cacing kepanasan sampai ia mati.
Padahal konon agama diturunkan untuk petunjuk, bukan untuk jadi teka-teki yang
cuma bisa dijawab oleh Allah sendiri.
Karena akalnya
tidak mendapat jawaban dari agama, ada sebagian orang menuduh agama sebagai
candu atau penjara bagi akal manusia. Salahkah mereka? Barangkali di antara
mereka ada beberapa gelintir orang yang jujur, ingin mendapatkan kebenaran,
tapi para ahli agama menutupi kebenaran itu dengan mengatakan bahwa agama bukan
urusan akal, bahwa kita harus percaya saja tanpa harus memahami. Al-Islam
mahjubun bil muslimin, kata Muhammad Abduh. Kebenaran Islam digelapkan oleh
orang Islam sendiri.
.......................................
.......................................
1 Telasonika 5:21 : Hendaklah segala
perkara kamu uji dan yang baik kamu pegang.
Untuk tahu benar tidaknya maka
gunakan akal untuk menganalisanya, apabila sesudah dianalisa dengan akal
kebenaran itu tertolakkan maka bisa jadi dia bukan kebenaran sejati.
Akal diberikan oleh Allah untuk
berpikir membedakan mana yang salah dan mana yang benar.Tanpa akal, manusia
tidak lebih dari sekedar hewan yang tidak pernah memikirkan benar salah
tindakannya bahkan mungkin jauh lebih sesat daripada itu.
Dalam hidup ini kita semua punya
parameter yang pasti untuk dapat menentukan benar atau salah dari suatu
keadaan, parameter tersebut tidak lain dari akal, dengan akal kita dapat
mengenal berbagai macam bentuk ekosistem yang ada, dengan akal misalnya kita
bisa membedakan antara si A dengan si B, dengan akal pula kita bisa membedakan
antara Hewan dengan manusia …
Menisbikan peranan akal pikiran
untuk menggapai keimanan sama sekali tidak layak kita terapkan, sebab hal ini
akan menyamakan kedudukan kita dengan para penyembah berhala yang tidak pernah
mau tahu tentang benar salahnya keimanan mereka, yang jelas mereka harus
menerima dan yakin.
Kebenaran adalah sesuatu yang
bernilai absolut, mutlak. Namun seringkali kebenaran ini menjadi relatif,
bergantung kepada bagaimana cara masing-masing orang memberikan arti dan
penilaian terhadap kebenaran itu sendiri, sehingga itu pula kebenaran sudah
menjadi sesuatu yang bersifat subjektif.
Allah telah mengutus para Nabi dan
Rasul kedunia untuk memberikan petunjuk kepada
manusia agar memilih jalan
kebenaran, dan petunjuk Allah itu hanya bisa diterima oleh orang-orang yang mau
untuk berpikir tentang hakikat kebenaran sejati. Dan berpikir yang benar
didalam penerimaan tersebut adalah berpikir yang tidak hanya merenung atau
asal-asalan, namun berusaha untuk mengerti, mempelajari, menyelidiki, memahami
serta mengamalkan.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (Qs.
al-Israa’ 17:36)
Begitu pula dengan hal keimanan
kepada Allah, mesti diraih dengan keseimbangan, yaitu antara akal (rasio logika
+ ilmu pengetahuan) dan hati.
Bahwa untuk menjalankan ketentuan
suatu agama terkadang harus dimulai dengan kata iman memang sering menjadi
sesuatu hal yang tidak dapat terbantahkan.
Jika iman diartikan percaya, maka
percaya juga bisa lewat akal atau persangkaan. Misalnya apabila kita hendak
melewati sebuah jembatan dari besi, tentu kita akan enteng saja melewatinya,
karena persangkaan kita jembatan tersebut sudah kuat. Tetapi bila yang dilewati
adalah jembatan dari kayu dan tali, paling tidak kita akan mengecek kekuatan
jembatan tersebut terlebih dahulu (menginjak-injak dari pinggir terlebih dahulu
dsb )
Dalam beragama pun demikian,
terdapat orang- orang yang mencapai iman dengan akal, dan ada yang dengan
persangkaan. Misalnya yang dengan persangkaan adalah seorang islam yang tidak
mampu menjawab pertanyaan ” Mengapa anda memilih Islam ?”, “Darimana anda tahu
bahwa Islam itu benar ?”, ” jika dahulunya orang tua anda bukan Islam kira-kira
apakah anda masih Islam ?”, atau bisa juga “mengapa anda harus menjadi Kristen
?”, “Darimana anda yakin bahwa Kristen itu benar ?”
Jadi bagi saya, Iman terhadap
sesuatu itu tetap harus dibuktikan dulu apakah memang pengimanan tersebut sudah
benar atau belum. Dan jalan untuk membuktikan kebenaran akan keimanan ini salah
satunya dengan mengadakan penelaahan terhadap iman itu sendiri dengan
mengadakan penyeimbangan dengan akal pikiran sebagai suatu anugerah dari Allah
bagi manusia.
Kenapa saya menolak Trinitas dan
apakah saya terpengaruh oleh doktrin ketuhanan didalam Islam atau Yahudi ?
Itu sudah jelas bahwa konsep
ketuhanan trinitas tidak bisa saya terima dengan akal saya dan keterbatasan
saya sebagai manusia. Saya hanya membodohi diri saja bila terus memaksakan diri
untuk menerimanya secara bulat tanpa bisa dan boleh mengkritiknya.
Saya adalah seorang muslim, orang
yang berserah diri pada Allah, Tuhan yang Maha Esa, tidak bisa disetarakan
dengan apa dan siapapun, Tuhan yang bisa saya cerna dengan akal saya, karena
itu saya bangga menjadi muslim dan akan tetapi mati sebagai seorang muslim :
“Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al-An’am [6] :162)
Saya tidak akan pernah
menyembah makhluk
manapun sebagai tuhan
saya, tidak juga yesus yang
orang Cristiani pertuhankan itu.
Sebab sudah tegas konsep Tauhid
sejati :
Jangan ada padamu allah lain di
hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di
langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab
Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu (Kitab Keluaran pasal 20 ayat 3
s/d 5)
Ulangan 6:4. New Jerusalem
Bible (NJB)Hukum yang
terutama ialah: Dengarlah
hai orang Israel, Tuhan
Allah kita, Tuhan itu esa
(Atau Markus pasal 12 ayat 29)
“Dan sungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk
menyerukan):‘Sembahlah Allah saja,
dan jauhilah Thaghut’.” (An Nahl: 36)
Tuhan secara filsafat adalah tuhan
dalam bentuk yang terlalu bervariasi sebagaimana bisa dibaca melalui pendapat
para filosof yang ada (sebut saja nama socrates, plato, aristoteles, descartes
atau juga kant dan bandingkan semua konsepsi filsafat mereka tentang tuhan).
Saya lebih memilih ranah akal atau rasio untuk memahami Tuhan dan menemukan
eksistensi kebenaran Dia.
Ini juga yang pernah ditempuh oleh
ilmuwan besar dunia Isaac Newton (1642-1727) yang juga terkenal dengan karyanya
yang mengkritik ajaran Trinitas dengan judul “An Historical Account of Two
Notable Corruption of Scripture” artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Sebuah
catatan sejarah tentang dua penyelewengan pokok terhadap kitab suci”.
Bagi mereka yang mampu, biarlah mereka
mengambil kebaikan dari kontroversi tersebut. Untuk saya sendiri, saya tidak
bisa mengambil apa-apa darinya. Jika dikatakan bahwa kita tidak boleh
menentukan maksud dari kitab suci dan apa yang tidak bisa ditentukan oleh
penilaian-penilaian kita, maka saya mengatakan bahwa bukanlah tempatnya
dipertentangkan. Tetapi pada bidang-bidang yang dipertentangkan, saya menyukai
untuk mengambil apa yang paling saya mengerti. Adalah sikap keras dan sisi
takhayul dari manusia dalam masalah-masalah agama menjadi bukti misteri-misteri
tersebut.
Setuju,
BalasHapus" Umat Islam yang berpikirnya cenderung religius-mistis, sulit diajak menyikapi Al-Qur'an sebagai Ilmu ".
BalasHapus(Ahmad Husein).
mohon penjelasan :
BalasHapusSebab sudah tegas konsep Tauhid sejati :
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu (Kitab Keluaran pasal 20 ayat 3 s/d 5) ??
1 Telasonika 5:21 : Hendaklah segala perkara kamu uji dan yang baik kamu pegang.???
“Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al-An’am [6] :162) ?? kok ber ibadah untuk allah ??
hanya satu keritikan belum saatnya, karna prinsip sejarah dialog antara nur dan dzulumat hargai sekarang masih eranya mereka maka jangan terlalu di umbar!!!🙆♂
BalasHapusPermainan Live game 12D merupakan taruhan online yang dimainkan dengan menggunakan sebuah bola yang digelindingkan pada sebuah papan datar.
BalasHapusPapan tersebut memiliki 49 kolom yang terdiri dari 48 kolom dengan angka 1 hingga angka 12, dan 1 kolom jackpot yang terdapat di tengah papan. Pada 48 kolom tersebut, terdapat warna merah dan hitam yang menghiasi angka 1 sampai angka 12.
Jenis Taruhan Yang Tersedia Dalam Bermain Permainan Live Game 12D
1. Permainan Tebak 1 Nomor
2. Permainan Tebak 2 Nomor
3. Permainan Tebak 4 Nomor
4. Permainan Tebak Kolom
5. Permainan Tebak Baris
KLIK DISINI UNTUK MENDAFTAR BOLAVITA
Promo Bonus menarik dari BOLAVITA :
> BONUS NEW MEMBER 10%
> BONUS SETIAP HARI 5%
> BONUS REFERRAL 10%
> BONUS ROLLINGAN 0.5%
Transaksi bisa dilakukan melalui :
=> PULSA ( XL & TELKOMSEL )
=> E-wallet (OVO, LINK AJA, GO-PAY, JENIUS dan DANA)
=> Bank (BCA, BRI, BNI, MANDIRI, CIMB NIAGA dan DANAMON)
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
✔ WA / TELEGRAM : +62812-2222-995
✔ INSTAGRAM : @bola.vita
✔ FACEBOOK : @bolavita.ofc